Menu

Harga Minyak Melonjak Setelah OPEC Sepakat Batasi Output

A Muttaqiena

Negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC, termasuk Arab Saudi dan Iran yang selama ini berseteru, setuju untuk mengurangi output dalam kisaran 32.5-33 juta barel per hari.

Harga minyak melesat hingga lebih dari 6 persen antara tadi malam hingga Kamis pagi ini (29/9) setelah Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengumumkan kesepakatan pembatasan output pertamanya sejak tahun 2008 pasca pertemuan informal di Aljazair. Minyak mentah Brent meroket ke kisaran $48.82 dari sebelumnya di sekitar harga $46.30an per barel, sedangkan WTI loncat ke $47.30 dari sebelumnya $44.50an per barel. Sebelumnya para pakar cenderung pesimis negara-negara produsen minyak bakal mencapai persetujuan di pertemuan informal tersebut.

 

Langkah Detail Belum Dibahas

Negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC, termasuk Arab Saudi dan Iran yang selama ini berseteru, setuju untuk mengurangi output dalam kisaran 32.5-33 juta barel per hari (bph) dari output-nya saat ini di angka 33.24 bph, yang berarti akan ada penurunan sekitar 700,000 bph. Langkah ini secara efektif menjadi penetapan kembali batas atas produksi OPEC yang satu tahun lalu pernah dihapuskan.

Namun demikian, ketetapan menngenai berapa banyak masing-masing negara akan memangkas produksinya belum dibuat. Diskusi akan digelar lagi di pertemuan resmi OPEC di Wina, Austria, pada bulan November, dimana kesepakatan pembatasan output juga akan dibahas bersama negara-negara produsen minyak Non-OPEC seperti Rusia.

Selain itu, Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih mengatakan bahwa Iran, Nigeria, dan Libya akan diperbolehkan untuk berproduksi "pada level maksimal yang masuk akal" sebagai bagian dari kesepakatan pembatasan output. Hal ini jauh berbeda dengan pernyataan berulang Saudi selama ini yang bersikeras menginginkan negara-negara produsen minyak harus bersama-sama memangkas output guna menyusutkan limpahan surplus minyak dunia.

 

Akhir Dari "Perang Produksi"?

Sebagian pelaku pasar yang diwawancarai Reuters menuturkan keterkejutan mereka bahwa OPEC akhirnya berhasil mencapai kompromi setelah bertahun-tahun tarik-ulur, tetapi sebagian lainnya menyatakan ingin melihat detail lebih lanjut.

"Ini adalah kesepakatan OPEC pertama dalam delapan tahun! Kartel ini membuktikan bahwa mereka masih berpengaruh, bahkan di era (minyak) shale! Ini adalah akhir dari 'perang produksi' dan OPEC mengklaim kemenangan," ujar Phil Flynn, analis senior bidang energi di Price Futures Group. Sementara Jeff Quigley, direktur pasar energi di Stratas Advisor Houston mengatakan, "Saya ingin mendengar dari mulut menteri perminyakan Iran bahwa ia takkan kembali ke level sebelum sanksi (tingkat produksi tinggi sebelum diberlakukannya sanksi terkait nuklir yang baru dicabut bulan Januari -red). Sedangkan untuk Saudi, (kesepakatan) ini berlawanan dengan kebijakan konvensional yang selama ini mereka katakan."

Di sisi lain, tadi malam US Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan sebesar 1.9 juta barel dalam waktu sepekan yang berakhir tanggal 23 September 2016 ke angka total 502.7 juta barel. Hal itu berlawanan dengan ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan sebanyak 3 juta barel, sehingga turut mendukung kenaikan harga minyak kali ini.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE