Menu

Produsen Diperkirakan "Restart" Produksi, Harga Minyak Melandai

A Muttaqiena

Harga minyak mentah berjangka selip pada perdagangan sesi Asia hari Senin ini (23/5), ditengarai karena kuatnya Dolar AS dan adanya tanda-tanda bahwa pasokan minyak Dunia tak tergoyahkan meski terjadi beragam gangguan produksi.

Harga minyak mentah berjangka selip pada perdagangan sesi Asia hari Senin ini (23/5), ditengarai karena kuatnya Dolar AS dan adanya tanda-tanda bahwa pasokan minyak Dunia tak tergoyahkan meski terjadi beragam gangguan produksi di berbagai lokasi. Apalagi, penurunan jumlah sumur minyak (drilling rig) di Amerika Serikat terhenti untuk pertama kalinya setelah merosot selama beberapa pekan berturut-turut.

Harga minyak berjangka Brent melandai ke $48.56 per barel saat berita ini ditulis, sedangkan WTI turun ke kisaran $48.16 per barel.

Pada saat yang sama, indeks Dolar spot (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar terhadap sekelompok mata uang lain terpantau agak menurun, tetapi masih dalam posisi cukup tinggi diatas 95.000 setelah mengalami peningkatan terus menerus selama tiga pekan. Penguatan Dolar tersebut sehubungan dengan pekatnya spekulasi terkait rencana kenaikan suku bunga AS yang kemungkinan dilakukan bulan Juni mendatang.

 

Pasar Masih Surplus

Pekan lalu, harga minyak melonjak dikarenakan terganggunya output di berbagai lokasi, termasuk kebakaran di Kanada, konflik bersenjata di Afrika, serta resesi di Venezuela. Namun demikian, sebagaimana dilaporkan Reuters, Menteri Perminyakan Rusia Alexander Novak pada hari Jumat petang menegaskan bahwa suplai minyak dunia masih 1.5 juta bph lebih besar dibanding permintaan pasar.

Jonathan Barratt, Kepala Investasi di Ayers Alliance Sydney, menilai sulit untuk berjual beli dengan volatilitas harga minyak saat ini. Ujarnya, "Kita telah melampaui $44 per barel karena pertumbuhan ekonomi dan gangguan produksi. Apakah kini kita sudah berada di (level) paling puncak? Apakah itu artinya pada harga $49-$50 per barel, kita akan melihat produksi minyak shale AS dimulai lagi?"

Baker Hughes pada Sabtu dini hari melaporkan bahwa jumlah sumur minyak (rig count) stabil pada 318. Ini merupakan pertama kalinya dalam tahun ini, laporan tersebut tidak menyebutkan terjadinya penurunan rig count. Menurut Barratt, "Dengan rig count AS tak berubah, orang-orang menunggu untuk melihat apakah para produsen (minyak AS) akan mulai mengaktifkan kembali beberapa produksi (yang sebelumnya terhenti)."

Di sisi lain, menjelang rapat OPEC yang dijadwalkan digelar tanggal 2 Juni, Deputi Menteri Perminyakan Iran, Rokneddin Javadi, mengatakan bahwa negerinya berencana untuk meningkatkan kapasitas ekspor minyak hingga 2.2 juta barel pada musim panas dan tidak memiliki rencana untuk membekukan level produksi maupun ekspor minyaknya.

 


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE