EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 156.430   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,417.06/oz   |   Silver 31.68/oz   |   Wall Street 39,806.77   |   Nasdaq 16,794.87   |   IDX 7,186.04   |   Bitcoin 71,448.20   |   Ethereum 3,663.86   |   Litecoin 88.60   |   PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp5.7 miliar, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Panca Budi Idaman Tbk. (PBID) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp300 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, Selasa (21/Mei), 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menyampaikan jadwal pembagian dividennya sebesar Rp1.4 triliun. Cum date dijadwalkan pada 28 Mei 2024, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,331, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,748 pada pukul 19:20 ET (23:20 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 39,923, 7 jam lalu, #Saham AS

Ekspor Impor China Masih Defisit, Surplus Perdagangan Merosot

Penulis

Ekspor Impor yang masih negatif menyebabkan penyusutan surplus Neraca Perdagangan China. Outlook perekonomian saat ini pun semakin suram.

Seputarforex - Pada hari Kamis (07/September), Biro Statistik Nasional China merilis data perdagangan yang masih defisit di bulan Agustus 2023. Ekspor China beranjak dari -14.5 persen ke -8.8 persen secara tahunan (Year-over-Year), sementara Impor China membaik dari -12.4 persen ke -7.3 persen.

Meski mulai pulih, analis masih pesimis dengan performa ekonomi China saat ini. "Data perdagangan sedikit lebih baik, namun tidak perlu terlalu memikirkan hal tersebut karena perdagangan masih mengalami kontraksi. Muncul tanda-tanda stabilisasi di sini, tapi kami melihat jalan untuk pemulihan masih panjang," kata Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC.

Sentimen tersebut sejalan dengan hasil surplus Neraca Perdagangan (Trade Balance) China yang menyusut dari $80.6 miliar menjadi $68.36 miliar. Hasil ini lebih rendah dari konsensus pasar yang memperkirakan surplus sebesar $73.9 miliar.

Neraca Perdagangan China

Terdapat dua faktor utama yang menekan perdagangan China, yaitu menurunnya permintaan luar negeri dan lemahnya konsumsi domestik. Hal itu menekan perekonomian dari segala lini, mulai dari aktivitas manufaktur, output industri, hingga belanja konsumen. Alhasil, data perdagangan China masih jauh dari pertumbuhan yang diantisipasi ekonom pada awal tahun.

Dengan semakin pudarnya momentum pemulihan agresif di China, sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat hingga berada di bawah 5 persen. Apalagi, krisis properti, pelemahan konsumsi domestik, dan jatuhnya pertumbuhan kredit ikut membebani masalah ekonomi China saat ini.

Beijing telah mengeluarkan serangkaian langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang perekonomian. Kebijakan itu berupa pelonggaran aturan pinjaman bank oleh PBoC agar mempermudah konsumen membeli properti. Tetapi, analis memperkirakan langkah tersebut hanya berdampak kecil. Pasalnya, pasar tenaga kerja dan ekspektasi pendapatan rumah tangga masih tidak menentu.

"Angka-angka (perdagangan) China menunjukkan adanya hambatan, meski ada sedikit perbaikan. Ke depan, faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi China akan bergantung pada beberapa faktor, terutama yang paling penting adalah permintaan domestik," pungkas Zhou Hao, kepala ekonom Guotai Junan Internasional.

Download Seputarforex App

299750
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.