Situasi di Yunani mulai stabil setelah perbankan di negara dewa-dewi ini dibuka kembali. Dan secara bertahap, pemerintah mulai melunasi kewajiban utangnya kepada kreditur internasional. Namun demikian keadaan belum sepenuhnya normal, hal ini dikarenakan masih ada pembatasan penarikan dana di ATM dan masih diterapkannya capital control yang mencegah dana-dana di Yunani untuk ditransfer keluar negeri.
Sebuah survey yang dilakukan oleh "The Endeavour Greece" (organisasi non-profit) terhadap 300 perusahaan di Yunani menunjukkan, sebanyak 58% perusahaan tidak bisa melakukan transaksi. Sementara 69% dari aktivitas bisnis mengalami penurunan penjualan yang signifikan, dan sekitar 45% perusahaan terpaksa menunda pembayaran kepada para pemasok, hingga akhirnya mereka mencari jalan dengan menggunakan rekening luar negeri sebagai gantinya.
Tantangan terbesar bagi pemerintah Yunani saat ini adalah melaksanakan reformasi ekonomi. Nikos Kotzias, menteri luar negeri Yunani, meyakini bahwa hasil pemilu di awal musim gugur nanti tidak bisa diandalkan, karena ada kemungkinan langkah-langkah yang dilakukan akan ditolak oleh para oposisi, dan mungkin akan menyebabkan terhambatnya kinerja pemerintah.
Dilihat dari kondisi Partai Syriza yang mendominasi parlemen saat ini, nampak bahwa dukungan terhadap pemerintah mulai menurun. Sebanyak 40 anggota parlemen dari partai ini berbalik menjadi penentang PM Alexis Tripas akibat paket bantuan terbaru yang baru saja disepakatinya. Oleh karena itu, Alexis Tsipras menghadapi tantangan ganda; di satu sisi ia harus segera melakukan reformasi ekonomi dan di sisi lain harus meyakinkan oposisi untuk ikut mendukung realisasi dari kesepakatan yang telah tercapai.
