EUR/USD Tertahan Di Level Rendah 4 Bulan, Ini Sebabnya |
Meningkatnya minat safe haven, tingginya yield obligasi AS, dan kasus infeksi COVID di Eropa membuat EUR/USD sulit bangkit dari level rendah 4 bulan.
Seputarforex - Dolar AS menekan Euro di level rendah pada sesi perdagangan Senin (29/Maret) malam. Indeks Dolar AS naik ke level 92.96, sedangkan EUR/USD melemah dan tertahan di kisaran 1.163, level terendah sejak 4 bulan terakhir.
Indeks S&P dan NASDAQ rontok setelah bank-bank dunia menyatakan sedang menghadapi kemungkinan kerugian akibat keteledoran Archegos Capital. Para analis mengatakan bahwa hedge fund yang bermasalah tersebut punya kaitan dengan raksasa media AS dan perusahaan teknologi China, sehingga dampaknya terasa di pasar finansial. Akibatnya, sentimen risk-off pun meningkat dan mendorong permintaan terhadap aset safe haven.
"Dolar AS sedang menguat di tengah aksi beli safe haven," kata Karl Schamotta, analis dari Cambridge Global Payments di Toronto. "Para trader khawatir jika (insiden) mini-LTCM sedang berulang sehingga (mereka) berusaha keluar dari efek domino (yang ditimbulkan)."
Sebagai informasi, LTCM (Long Term Capital Management) adalah sebuah hedge fund besar asal AS yang runtuh pada tahun 1998 akibat strategi leverage yang terlalu tinggi. Pemerintah AS saat itu terpaksa mengucurkan dana talangan bagi perusahaan tersebut.
Euro Berjibaku Dengan COVID-19 Dan Yield Obligasi
Di sisi lain, Euro masih bergelut dengan dampak kebijakan lockdown di sejumlah negara Eropa. Prancis dan Jerman masih dibayangi masalah tingginya angka infeksi virus Corona, sehingga terpaksa menerapkan pembatasan sosial yang berisiko mencederai outlook ekonomi jangka pendek.
Selain itu, selisih yield obligasi AS dengan obligasi Jerman semakin membesar. Spread untuk obligasi 10-tahunan kedua negara tersebut melebar menjadi 200 basis poin. Padahal, selisih yield obligasi di awal tahun masih sekitar 150 poin. Hal inilah yang membuat Euro kalah pamor daripada Dolar. Belum lagi, masalah implementasi vaksin COVID di Eropa yang tidak selancar di Amerika membuat prospek ekonomi AS lebih cerah daripada Eropa.
Terlepas dari faktor-faktor tersebut, Karl Schamotta berpendapat bahwa Euro sulit naik karena penyesuaian posisi akhir kuartal yang sedang dilakukan oleh para investor. Mereka menutup posisi short yang sebelumnya ditempatkan pada Dolar, seiring dengan peningkatan ekonomi AS yang memicu ekspektasi kenaikan suku bunga.