Menu

Kurs Rupiah Hari Ini Menguat Terbatas Di Rp14,140

Rizal Aditya

Kurs tukar Rupiah menguat terhadap Dolar AS di level Rp14,140. Namun, Rupiah masih rentan koreksi karena ketidakstabilan ekonomi China yang berdampak global.

Seputarforex.com - Nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar AS pada Jumat siang ini (12/April). Menurut grafik TradingView pukul 14.00 WIB, Rupiah naik dari level penutupan kemarin di level Rp14,145 ke Rp14,140 per USD, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan pada grafik USD/IDR berikut:

Penguatan hari ini melanjutkan kenaikan selama 2 hari sebelumnya. Dolar AS sempat berupaya pulih pada hari Selasa (09/April), tapi masih gagal karena sentimen beli yang mendukung kurang mampu mengatasi bullish Rupiah.

 

Ditopang Sentimen Dovish The Fed Dan Inflasi AS

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, mengungkap sejumlah sentimen utama yang memicu Rupiah naik hari ini. Pertama adalah pernyataan The Fed yang cenderung Dovish. Menurutnya, para pembuat kebijakan di bank sentral AS bisa menentukan suku bunga ke arah manapun sepanjang tahun ini. Hal tersebut ia simpulkan dari rilis notulen FOMC yang diterbitkan dini hari kemarin. Kemudian, Data inflasi inti AS di bulan Maret 2019 yang meleset dari ekspektasi, juga ikut menambah tekanan bagi Dolar AS.

"Pengaruh komentar yang dovish memberikan sentimen positif bagi Rupiah. Rupiah dalam perdagangan hari ini kemungkinan masih akan menguat di level Rp14,110 per Dolar AS hingga Rp14,190 per Dolar AS," ujar Ibrahim dikutip dari CNN Indonesia.

 

Rupiah Masih Rentan Koreksi

Meski menguat, Rupiah masih dibayangi oleh koreksi. Penyebabnya adalah kemunculan risiko perlambatan ekonomi global, yang terseret oleh penurunan dalam kondisi perekonomian China. Hal ini mengakibatkan investor ragu untuk masuk ke pasar keuangan Asia, temasuk Indonesia.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wakil Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Mitsuhiro Furukawa, yang mengatakan apabila pertumbuhan ekonomi China lebih lambat dari ekspektasi, maka dampaknya akan dirasakan secara global.

"Penyebabnya adalah friksi dagang, yang tidak hanya mempengaruhi volume perdagangan tetapi juga investasi. Apabila pertumbuhan ekonomi China lebih lambat dari perkiraan, maka risikonya akan mengglobal," jelas Furukawa sebagaimana dikutip dari Reuters.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE