Kamis, 10 Februari 2022
- Jam 20:30 WIB: data Consumer Price Index (CPI) AS bulan Januari 2022 (Berdampak tinggi pada USD).
Dirilis oleh biro statistik tenaga kerja AS, data inflasi ini mengukur persentase perubahan CPI dibandingkan periode sebelumnya. CPI total dan CPI inti (Core CPI) yang tidak termasuk harga makanan dan energi dirilis secara bersamaan. Masing-masing data dihitung dalam basis bulanan (month over month atau m/m) dan tahunan (year over year atau y/y). Keduanya berdampak tinggi terutama data y/y.
The Fed memperhatikan data CPI total y/y dan CPI inti y/y sebagai acuan inflasi tahunan AS. Laju inflasi baik yang tahunan (y/y) maupun bulanan (m/m) selalu menjadi fokus pada setiap FOMC meeting, sehingga data inflasi setiap bulan akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi The Fed untuk memutuskan kenaikan suku bunga.
Bulan Desember 2021 lalu, CPI total y/y naik menjadi +7.0%, sesuai dengan perkiraan dan merupakan yang tertinggi sejak Juni 1982. CPI inti y/y naik menjadi +5.5%, lebih tinggi dari perkiraan +5.4%, dan merupakan yang tertinggi sejak Februari 1991.
Naiknya inflasi tahunan terutama disebabkan oleh meningkatnya harga gasoline hingga 49.6%, kendaraan bermotor bekas (+37.3%), kendaraan bermotor baru (+11.8%), harga makanan (+6.3%), pakaian (+5.8%), sewa tempat tinggal (+4.1%), dan pelayanan kesehatan (+2.5%).
Untuk basis bulanan (m/m), CPI total naik 0.6%, lebih tinggi dari perkiraan +0.5%, tetapi menjadi yang terendah dalam 3 bulan terakhir. Sementara itu, CPI inti m/m naik 0.6%, lebih tinggi dari perkiraan dan bulan sebelumnya yang naik 0.5%.
Untuk bulan Januari 2022, diperkirakan CPI total y/y akan kembali naik menjadi +7.3%, CPI inti y/y akan naik menjadi +5.9%, sementara CPI total dan CPI inti m/m diperkirakan +0.5%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.
- Jam 20:30 WIB: data Jobless Claims AS per 4 Februari 2022 (Berdampak medium-tinggi pada USD).
Jobless Claims mengukur jumlah klaim tunjangan pengangguran selama minggu lalu, dan merupakan data fundamental paling awal yang berhubungan dengan jumlah tenaga kerja. Data Jobless Claims juga indikator awal bagi pengeluaran konsumen yang akan mempengaruhi tingkat inflasi.
Ada 2 data yang diperhatikan, yaitu Initial Jobless Claims dan Continuing Jobless Claims. Initial Jobless Claims mengukur jumlah mereka yang baru pertama kali menerima tunjangan pengangguran dan lebih berdampak. Oleh karena itu, indikator Jobless Claims biasanya mengacu pada data Initial.
Minggu lalu, Jobless Claims AS berkurang 23,000 menjadi 238,000 klaim, lebih rendah dari perkiraan 245,000 klaim, dan merupakan yang terendah dalam 3 minggu terakhir. Sementara itu, klaim rata-rata dalam 4 minggu terakhir naik menjadi 255,000 klaim, tertinggi sejak pertengahan November 2021.
Untuk minggu ini, diperkirakan klaim tunjangan pengangguran akan turun menjadi 227,000 klaim. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.
Jumat, 11 Februari 2022
- Jam 09:00 WIB: angka harapan inflasi Selandia Baru kuartal pertama tahun 2022 (Berdampak medium pada NZD).
Indikator yang dirilis setiap kuartal oleh RBNZ ini menunjukkan harapan pelaku bisnis pada tingkat inflasi tahunan di Selandia Baru selama 2 tahun mendatang. Indikator dibuat berdasarkan survei terhadap 100 konsumen.
Pada kuartal keempat 2021 lalu, diharapkan inflasi tahunan Selandia Baru naik 2.96%, lebih tinggi dari perkiraan 2.40%, dan menjadi yang tertinggi sejak 1991. Untuk kuartal pertama tahun 2022, inflasi tahunan diperkirakan +3.11%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan NZD.
Keterangan: Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.