Kapan Redenominasi Rupiah Akan Diberlakukan?
23238
|
Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (16 November 2018), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.
Tinjauan Fundamental
Rupiah berlanjut menguat minggu lalu. Ditutup pada level 14608 per US Dollar, mata uang Garuda mengalami apresiasi 0.5% dibandingkan penutupan minggu sebelumnya yang 14680. Di awal minggu, Rupiah sempat melemah hingga level 14930, pasca rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober yang kembali defisit USD1.82 milliar. Angka tersebut menandai defisit tertinggi dalam 3 bulan.
Penguatan Rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan (7 Day Repo Rate) sebesar 0.25% menjadi +6.00%. Keputusan BI ini di luar dugaan, sebab para pelaku pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada +5.75%. Di saat yang bersamaan, Indeks USD melemah hingga ke level 96.40, terendah dalam seminggu terakhir.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut diharapkan bisa menarik dana dari luar negeri, yang akan berdampak mengurangi defisit Current Account. Selain kenaikan suku bunga, penguatan Rupiah juga disebabkan oleh respon pasar atas pengumuman paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah, yakni peluncuran Special Deposit Account (SDA).
SDA merupakan sebuah rekening deposito khusus yang dibuka untuk menampung Devisa Hasil Ekspor (DHE). Dengan menyimpan dana dalam SDA, para eksportir akan mendapatkan insentif berupa pemotongan pajak bunga deposito. Adanya SDA diharapkan dapat menyebabkan pasokan US Dollar di dalam negeri bertambah besar.
Di samping suku bunga dan peluncuran SDA, aliran modal investor asing ke pasar saham dan pasar obligasi juga ikut mendukung penguatan Rupiah. Hal ini tampak dari menguatnya IHSG sebesar 0.95% di akhir pekan lalu, sehingga kembali menembus angka 6000.
Minggu ini tidak ada data penting baik dari dalam negeri maupun dari AS. Secara teknikal, diperkirakan Rupiah masih akan cenderung menguat, dengan support kuat pada level 14530.
Jadwal Rilis Data Fundamental:
Senin, 19 November 2018:
-
Waktu Tentative: data pertumbuhan kredit bulan Oktober 2018 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +12.75% (tertinggi dalam 3 tahun terakhir).
Jumat, 30 November 2018:
- Jam 16:50 WIB: Uang beredar M2 di Indonesia bulan Oktober 2018 y/y: bulan sebelumnya: +6.7%.
Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: Durable Goods Orders, Building Permits dan Housing Starts, indeks kepercayaan konsumen UoM, pidato Fed Williams.
Tinjauan Teknikal
Chart Daily:
USD/IDR masih cenderung bearish (Rupiah cenderung menguat), menyusul terbentuknya rejection pin bar di level 23.6% Fibo Retracement dan kurva resistance EMA 55:
- Harga berada di bawah kurva middle band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
- Kurva indikator MACD masih berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
- Garis histogram indikator ADX berwarna merah dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bearish yang masih kuat.
Level Pivot mingguan : 14689.33
Resistance : 14723.00 (level 38.2% Fibo Retracement) ; 14785.00 ; 14840.00 ; 14929.83 (23.6% Fibo Retracement) ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.
Support : 14530.00 ; 14388.98 (61.8% Fibo Retracement) ; 14298.00 ; 14179.81 (76.4% Fibo Retracement) ; 14106.00 ; 14038.00 ; 13983.00.
Indikator: Simple Moving Aaverage (SMA) 200 dan EMA 55 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
- Titik Swing Low : 13845.00 (harga terendah 6 Juni 2018).
- Titik Swing High : 15265.00 (harga tertinggi 11 Oktober 2018).