7 Fakta Unik Tentang Rupiah Yang Wajib Anda Ketahui
3774
|
Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu
Kurs Rupiah merosot drastis akhir pekan lalu, setelah rangkaian data ekonomi Indonesia keluar mengecewakan dan data Nonfarm Payroll Amerika Serikat ternyata mendukung kenaikan suku bunga the Fed tahun ini. Sesuai prediksi, lonjakan volatilitas mendorong pergerakan kurs Rupiah melangkah melewati range yang terbentuk di minggu sebelumnya. Setelah dibuka pada 13,273 di awal perdagangan hari Senin, Rupiah terus melemah hingga menyentuh 13,548 di hari Jumat dan kemudian ditutup pada 13,500 per Dolar AS.
Indeks PMI Manufaktur yang mengukur iklim bisnis sektor manufaktur berdasarkan survei Markit Economics/HSBC menunjukkan kondisi kontraksi untuk bulan kedelapan berturut-turut, menggarisbawahi perlambatan ekonomi yang tengah melanda negeri ini. Sementara itu inflasi juga menunjukkan peningkatan dari 6.79% (yoy) di bulan April menjadi 7.15% (yoy) di bulan Mei, dengan kenaikan harga terkuat dialami oleh kelompok bahan makanan. Walaupun Indeks Kepercayaan Konsumen dan data Cadangan Devisa yang dirilis dalam beberapa hari berikutnya nampak agak membaik, tetapi kedua data berdampak kecil itu tak mampu membendung arus penguatan Dolar AS terhadap Rupiah.
Sebagaimana dilaporkan oleh Bank Indonesia, Indeks Kepercayaan Konsumen Mei 2015 meningkat dari 107.4 menjadi 112.8. Sedangkan penyusutan Cadangan Devisa di bulan yang sama juga menipis. Di akhir bulan Mei, tercatat Cadangan Devisa Indonesia hanya turun tipis dari 110.9 milyar Dolar AS menjadi 110.8 milyar Dolar AS. BI menyatakan bahwa jumlah tersebut masih memadai untuk membiayai 7.1 bulan impor atau 6.8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta masih berada diatas standar kecukupan internasional.
Cadangan Devisa Indonesia Juni 2014-Mei 2015
Sebaliknya, laporan-laporan ekonomi dari Amerika Serikat menampilkan profil yang lebih memuaskan. Meskipun indeks PMI Manufaktur dan Non-Manufaktur menurun, tetapi defisit neraca perdagangan menyempit secara signifikan. Laporan bidang ketenagakerjaan dari ADP pun menunjukkan peningkatan pesat dengan pertambahan jumlah ketenagakerjaan sektor non-farm swasta sebesar 201,000 orang, dibanding pencapaian bulan sebelumnya yang hanya 165,000. Data ketenagakerjaan resmi pemerintah, Nonfarm Payrolls, juga mencatat rekor tertinggi dalam lima bulan dengan pertambahan 280,000 pekerjaan di bulan Mei versus 221,000 di bulan April. Lebih baik lagi, pendapatan per-jam rata-rata naik 0.3%, laju tercepat dalam empat bulan terakhir.
Fundamental Minggu Ini
Lonjakan angka-angka yang mengukur kondisi pasar tenaga kerja AS membangkitkan lagi harapan pasar akan kenaikan suku bunga the Fed AS di bulan September 2015. Sebelumnya, buruknya performa ekonomi negeri Paman Sam sempat meresahkan pasar dengan memundurkan ekspektasi kenaikan suku bunga ke akhir 2015 atau awal 2016. Namun data-data pekan lalu memulihkan kembali optimisme, sehingga mendukung penguatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang lainnya.
Kurs Rupiah terutama menderita pukulan berat meski mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Menurut analis bank Sumitomo Mitsui di Singapura, Satoshi Okagawa, anjloknya Rupiah pekan lalu lebih merupakan refleksi pembelian Dolar oleh pemain dalam negeri dibanding aksi investor luar menarik dana dari aset Indonesia. Sebagaimana disampaikannya pada Reuters, Okagawa memandang permintaan Dolar dari dalam negeri Indonesia kuat.
Pagi ini, kurs Rupiah dibuka masih di level lemah pada 13,491 per Dolar AS. Tidak seperti pekan lalu dimana volatilitas tinggi akibat ramainya rilis data berdampak menengah-tinggi, dalam beberapa hari mendatang hanya terjadwal sejumlah event penting sehingga ada peluang bagi Rupiah untuk sedikit menguat. BI dijadwalkan akan menerbitkan Laporan Penjualan Ritel Indonesia Mei 2015. Amerika Serikat juga akan merilis data serupa, yaitu Laporan Penjualan Ritel, bersama dengan beberapa data minor seperti klaim pengangguran mingguan dan indeks sentimen konsumen preliminer versi University of Michigan. Sedikitnya data memberi peluang bagi volatilitas untuk berkurang.
Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini
Secara teknikal, USD terhadap IDR saat ini nampaknya sudah sangat overbought, sehingga membuka kemungkinan akan terjadinya profit-taking. Dalam pekan ini, tekanan terhadap Rupiah bisa jadi akan sedikit mengendur. Namun demikian, absennya pemicu dalam bentuk perbaikan data secara substansial dari dalam negeri akan menjadikan penguatan Rupiah terbatas.
Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD
Dalam beberapa hari kedepan, USD/IDR kemungkinan akan terkoreksi ke 13,427 atau garis fibonacci 38.2%. Apabila berhasil menembus level tersebut ke arah bawah, maka Rupiah punya potensi untuk menguat hingga 13,352; namun bila gagal menembus level tersebut, maka di seminggu setelahnya Rupiah bisa mendekati 13,500an lagi.