Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga pentupan pasar minggu lalu (17 Mei 2019), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.
Tinjauan Fundamental
Seperti diperkirakan, minggu lalu Rupiah kembali melemah dan ditutup pada level 14445 per USD, atau lebih rendah 0.87% dibandingkan penutupan minggu sebelumnya. Level ini adalah yang terendah sejak awal bulan Januari lalu. Meski demikian, Rupiah tidak melemah sendirian. Sebagian besar mata uang Asia juga melemah versus US Dollar, akibat perang dagang AS-China yang kembali memanas dan membaiknya data ekonomi AS.
Faktor utama pelemahan mata uang Garuda adalah defisit neraca perdagangan Indonesia bulan April yang mencapai USD2.50 miliar, rekor defisit tertinggi sejak tahun 1960. Namun, pelemahan Rupiah tertahan dan tidak sampai menyentuh level 14500 per USD akibat intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar spot dan pasar obligasi. Di akhir pekan, mata uang Garuda bahkan mampu menguat tipis akibat langkah stabilisasi nilai tukar yang dilakukan BI tersebut.
Selain intervensi di pasar uang dan obligasi, BI juga mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate sebesar +6.00%. Namun, BI merevisi naik target defisit Current Account untuk periode tahun 2019, awalnya 2.5% dari GDP menjadi 2.5% hingga 3.0% dari GDP. Revisi tersebut terkait dengan defsit neraca perdagangan yang semakin lebar. Dengan demikian, ekspektasi akan penguatan Rupiah dalam waktu dekat ini sulit diharapkan. Di samping itu, aksi jual asing di Bursa Efek Indonesia sepanjang minggu lalu juga berdampak langsung pada pelemahan nilai tukar Rupiah.
Minggu ini tidak ada rilis data penting dari dalam negeri, sementara dari AS akan dirilis notulen meeting FOMC 1-2 Mei lalu, dan pidato beberapa pejabat The Fed termasuk ketua Jerome Powell. Jika notulen FOMC bernada hawkish, tekanan pada Rupiah akan berlanjut. Selain itu, masih belum masuknya modal asing dan kondisi politik dalam negeri yang kurang kondusif menyebabkan Rupiah masih akan cenderung melemah.
Jadwal Rilis Data Fundamental:
Kamis, 23 Mei 2019:
- Jam 16:30 WIB: data pertumbuhan kredit bulan April 2019 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +11.55%. Perkiraan: +11.10%.
Jumat, 31 Mei 2019:
- Jam 16:15 WIB: Uang beredar M2 di Indonesia bulan April 2019 y/y: bulan sebelumnya: +6.5%.
Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: notulen FOMC, Durable Goods Orders, pidato ketua The Fed Jerome Powell, Clarida, Evans, Rosengren, dan Williams Fed.
Tinjauan Teknikal
Chart Daily:
USD/IDR masih cenderung bullish (Rupiah masih cenderung melemah), dengan resistance kuat pada kurva SMA 200-day:
- Harga berada dekat kurva upper band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR masih berada di bawah bar candlestick.
- Kurva indikator MACD berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
- Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.
Level Pivot mingguan : 14415.00
Resistance : 14500.00 ; 14547.85 (123.6% Fibo Expansion) ; 14614.54 (138.2% Fibo Expansion) ; 14650.00 ; 14721.83 (161.8% Fibo Expansion) ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.
Support : 14370.00 ; 14335.14 (76.4% Fibo Expansion) ; 14269.00 (61.8% Fibo Expansion) ; 14214.44 (50% Fibo Expansion) ; 14161.90 (38.2% Fibo Expansion) ; 14095.22 (23.6% Fibo Expansion) ; 14055.00 ; 13990.00 ; 13885.00 ; 13736.00 ; 13587.31 ; 13485.00 ; 13400.00 ; 13362.00 ; 13314.00 ; 13263.00.
Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 144 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
- Titik 1: 13885.00 (harga terendah 6 Februari 2019).
- Titik 2: 14335.00 (harga tertinggi 8 Maret 2019).
- Titik 3: 13990.00 (harga terendah 18 April 2019).