EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.64   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 5 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 5 jam lalu, #Saham AS

Hati-Hati Investasi Di Saham Grup Bakrie

Penulis

Menurut rumor yang beredar, korban dari saham - saham grup Bakrie tidak sedikit yang depresi bahkan bunuh diri. Mengapa kita harus hati-hati investasi di sini?

Baru-baru ini heboh beredar berita bahwa saham grup Bakrie memakan korban sekali lagi. Mereka adalah pasangan Nely dan David. Ny Nely adalah seorang mantan kepala cabang bank yang sudah 14 tahun lamanya menabung saham - saham grup Bakrie senilai total Rp 1 miliar, tetapi kini nilainya tinggal Rp 50 juta saja, yang berarti total kerugian Ny Nely adalah sebesar 95 persen. Hal ini disebabkan aksi korporat yang dilakukan oleh saham - saham grup Bakrie; BNBR, ELTY, DEWA, ARTI, BTEL, BUMI, BRMS, ENRG, UNSP, MTFN. Mengapa bisa terjadi demikian?

 

Risiko Investasi Di Saham Grup Bakrie

 

Saham grup Bakrie umumnya berada di level gocapers dengan harga diantara Rp 50/lembar saham, meskipun sebelumnya pernah tinggi sekali. Saham ENRG pernah Rp11000/lembar, BUMI pernah Rp8800/lembar lalu turun ke level gocap. Menurut rumor yang beredar, korban dari saham - saham grup Bakrie tidak sedikit yang depresi bahkan bunuh diri.

Saham - saham grup Bakrie tidak menyebar dividen karena memang tidak laba, sehingga penulis kira yang dikejar para investor ini adalah Capital Gain, atau kenaikan harga saham. Dengan anggapan nominalnya sudah Rp 50 tidak mungkin bisa lebih bawah lagi (kecuali Anda masuk ke pasar nego dan bukan reguler), maka diperkirakan bahwa saham-saham gocap ini akan naik ke atas. Namun, nyatanya tidak demikian.

BNBR, ENRG dan beberapa saham grup Bakrie lainnya melakukan Reverse Stock Split (RSS) hingga 10:1, sehingga 10 saham lama seharga 50 akan menjadi 1 saham baru seharga 500/lembar. Lalu setelah RSS terjadi Auto Rejection Bawah (ARB) berkali-kali hingga sahamnya kembali menjadi Rp 50. Hal ini jelas sangat merugikan. Lebih parah lagi, setelah RSS, ternyata BNBR melakukan Rights Issue. Sungguh aksi korporat yang benar-benar tidak menguntungkan pemegang saham.

 


Misal, Bapak A membeli BNBR sebesar Rp100 juta di harga 50 yang artinya Bapak A memiliki 2 juta lembar saham. Bapak A pastilah berharap saham Bakrie akan naik lebih dari itu dan keuntungan di depan mata sudah terbayangkan pastinya.

Nyatanya sahamnya RSS dengan rasio 10:1, sehingga yang asalnya jumlah lembar saham yang dimiliki Bapak A sebanyak 2 juta lembar di harga 50 menjadi 200 ribu lembar di harga 500 nilai nominal tetap 100 juta. Lalu setelah RSS, ternyata sahamnya ARB berhari-hari dan kembali tidur di harga 50 lagi. Artinya, nilai saham Bapak A yang baru hanya 10%-nya saja sekarang, yaitu 200 ribu lembar dikalikan Rp50 menjadi Rp10,000,000 saja. Asalnya 100 juta menjadi hanya 10 juta saja.

Belum selesai sampai di situ, Bakrie juga melakukan Rights Issue setelahnya. Sebagaimana lazimnya Rights Issue, apabila tidak dieksekusi maka kepemilikannya akan terdelusi, dan nominal yang dimiliki menjadi semakin berkurang.


 

Hal ini sudah berulang kali dilakukan oleh saham-saham grup Bakrie. Tercatat BNBR sudah 2 kali RSS dan sekali Right Issue. Pada kasus BUMI pun Bakrie mengonversi hutangnya menjadi saham. Aksi korporat yang dilakukan Bakrie memang luar biasa membingungkan dan penuh intrik.

Hebatnya kemampuan negosiasi Bakrie juga luar biasa, bahkan penanganan kasus Lumpur Lapindo yang semestinya ia tanggung sendiri menjadi tanggungan APBN berdasarkan Peraturan Presiden (PP) No 14 tahun 2007. Padahal sebelum PP ini diterbitkan, dalam Keppres No 13 tahun 2006, anggaran penanganan bencana Lapindo berasal dari Lapindo Brantas Inc (LBI).

LSM Fitra menyebutkan bahwa LBI telah berhasil menaklukkan negara dengan cara memaksa SBY untuk mengeluarkan PP No. 14 tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dengan anggaran berasal dari APBN.

Mengapa kesalahan pribadi ditanggung oleh negara? Satu hal yang jelas, negara saja takluk oleh Bakrie, apalagi hanya sekedar investor. Penulis hanya berpesan agar para investor lebih hati-hati dengan saham - saham grup Bakrie, karena niat mau untung bisa jadi malah sebaliknya. Untuk trading boleh-boleh saja, tapi saham - saham grup Bakrie sangat tidak direkomendasikan untuk tabungan hari tua, karena aksi korporat yang cukup sering dan cenderung merugikan investor.

Arsip Analisa By : Shanti Putri
284154
Penulis

Shanti Putri adalah seorang investor agresif mandiri yang merupakan mantan broker di sebuah sekuritas ternama, terutama berkecimpung di dunia saham. Dalam berinvestasi, Shanti melakukan analisa sebelum membeli dan melakukan Averaging selama fundamental masih berada di jalurnya. Sebuah kutipan dari Sun Tzu menjadi panduannya, Know yourself, know what you face then you will win in a thousand battles.