EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,152.03   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 1 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 1 jam lalu, #Saham AS

Sudah Babak Belur, Rupiah Masih Dibayangi Krisis Corona

Penulis

Minggu lalu, Rupiah melemah tajam akibat capital outflow sebagai dampak dari krisis virus corona. Isu corona, data inflasi, cadev Indonesia, serta NFP AS akan menjadi katalis minggu ini.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan tanggal 28 Februari 2020, serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Minggu lalu, Rupiah mengalami depresiasi yang cukup dalam sebelum ditutup pada level 14347.50 per USD, atau melemah sebesar 4.2% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya. Harga penutupan minggu lalu adalah yang terendah sejak bulan Mei 2019, dan membuat kinerja mata uang Garuda menjadi yang terburuk di Asia.

Pelemahan Rupiah yang cukup dalam tersebut disebabkan oleh capital outflow akibat kekhawatiran investor terhadap penyebaran wabah virus corona di luar China yang sangat cepat. Tidak hanya mata uang Rupiah, pasar saham dan obligasi dalam negeri juga babak belur. Di akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah hingga 4% sebelum ditutup pada 5452.7. Secara keseluruhan, IHSG melemah 1.5% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara itu, yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk jangka waktu 10 tahun naik, yang menunjukkan aksi jual di pasar obligasi.

Anjloknya indeks USD akibat spekulasi pemotongan suku bunga The Fed tidak membantu penguatan Rupiah. Pelaku pasar lebih fokus pada virus corona yang juga telah masuk ke AS dan menyebabkan seorang pasien tewas. Kekhawatiran pasar akan perlambatan ekonomi global akibat wabah corona semakin nyata dengan anjloknya harga saham dan nilai tukar mata uang di berbagai negara.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi, baik melalui pasar spot, pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), maupun intervensi di pasar obligasi dengan membeli SBN yang dilepas asing.

Untuk minggu ini, dari dalam negeri akan ada rilis data inflasi dan cadangan devisa, sementara dari AS ada data tenaga kerja dan manufaktur. Meski demikian, isu perkembangan krisis virus corona masih akan lebih mendominasi pergerakan Rupiah dan mata uang Asia lainnya. Secara teknikal, Rupiah masih cenderung melemah dengan resistance kuat pada level 14500.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Senin, 2 Maret 2020:

  • Jam 09:00 WIB: CPI total Indonesia bulan Februari 2020 y/y: bulan sebelumnya: +2.68%. Perkiraan: +2.86%.
  • CPI total Indonesia bulan Februari 2020 m/m: bulan sebelumnya: +0.39%. Perkiraan: +0.18%.
  • CPI inti Indonesia bulan Februari 2020 y/y : bulan sebelumnya: +2.88%. Perkiraan: +2.85%.

Sudah Babak Belur, Rupiah Masih Akan

 

Jumat, 6 Maret 2020:

  • Jam 10:00 WIB: Cadangan devisa (Cadev) Indonesia bulan Februari 2020 month over month (m/m): bulan sebelumnya: USD131.7 miliar. Perkiraan: USD131.2 miliar.

Sudah Babak Belur, Rupiah Masih Akan

Data berdampak dari AS minggu ini: Non Farm Payrolls, upah, tingkat pengangguran, ADP Non Farm, serta ISM Manufacturing dan Non Manufacturing.

 

Tinjauan Teknikal

Sudah Babak Belur, Rupiah Masih Akan

Chart Daily:

Dari penunjukan Price Action dan indikator trend berikut, pergerakan USD/IDR masih bullish (Rupiah masih cenderung melemah):

  1. Terbentuk 2 candle white marubozu secara berurutan, menunjukkan sentimen yang sangat bullish.
  2. Harga berada di atas kurva upper band indikator Bollinger Bands dan di atas kurva SMA 200-day.
  3. Titik indikator Parabolic SAR berada di bawah bar candlestick.
  4. Kurva indikator MACD berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  5. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Resistance pada sekitar level 14420 hingga 14500, support kuat pada level 14135.

Level Pivot mingguan: 14156.67

Resistance: 14418.12 (50% Fibo Retracement) ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14618.29 (61.8% Fibo Retracement) ; 14785.00 ; 14863.87 (76.4% Fibo Retracement) ; 15000.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 14280.00 ; 14218.74 (38.2% Fibo Retracement) ; 14135.00 ; 14080.00 ; 13970.62 (23.6% Fibo Retracement) ; 13870.00 ; 13770.00 ; 13650.00 ; 13572.50 ; 13543.50 ; 13500.00 ; 13489.43 ; 13400.00 ; 13328.84 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 144 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).

Fibonacci Retracement:

  • Titik Swing High: 15265.00 (harga tertinggi 11 Oktober 2018).
  • Titik Swing Low: 13572.50 (harga terendah 24 Januari 2020).

Arsip Analisa By : Martin
292173
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.