EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,327.43/oz   |   Silver 27.33/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,162.30   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 4 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 4 jam lalu, #Saham Indonesia

Bitcoin Lightning Network, Suatu Solusi Masalah Skalabilitas

Penulis

Gagasan dibalik Ligthning Network adalah, tidak semua transaksi harus dicatat di Blockchain Bitcoin. Dengan cara ini, masalah skalabilitas bisa dipecahkan.

Masalah Pada Jaringan Blockchain Bitcoin

Pada bulan lalu, kita sudah mendengar tentang permasalahan pada jaringan Blockchain Bitcoin yang semakin parah. Masalah tersebut terkait skalabilitas; secara sederhana yaitu suatu masalah dimana ruang jaringan untuk antrian transaksi yang diproses sangat kecil, sehingga menyebabkan kelambatan proses transaksi dan pembengkakan biaya transaksi.

Blockchain Bitcoin saat ini hanya menyediakan ruang kurang dari 1 MB saja, sehingga jumlah transaksi yang dapat diproses dalam satu detik hanya sekitar 3 hingga 7 transaksi saja (belum menggunakan fitur SegWit), atau 6 hingga 14 transaksi saja (setelah fitur SegWit pada penyedia platform Bitcoin Wallet diaktifkan).

Memang beberapa tahun lalu, masalah tersebut belum muncul karena adopsi Bitcoin belum sebesar saat ini. Namun, sekarang Total Kapitalisasi Pasar Bitcoin sudah melebihi setengah triliun Dolar AS, dan transaksi per harinya sudah mencapai puluhan miliar Dolar AS. Jelas, jumlah transaksi yang terjadi setiap detiknya sudah mencapai jutaan bahkan miliaran transaksi, baik itu beli ataupun jual. Hal inilah yang kemudian menjadi permasalahan inti pada jaringan Blockchain Bitcoin yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan.

Coba kita bayangkan, semisal saja ada 1 juta transaksi pada satu detik ini, sedangkan transaksi yang bisa diproses per detiknya oleh jaringan Blockchain Bitcoin hanya 3 hingga 14 transaksi saja. Otomatis penundaan proses tersebut akan berlangsung selama berjam-jam, atau bahkan berhari-hari. Selain itu, jika ingin transaksi diprioritaskan untuk mendapatkan antrian lebih dulu, biaya yang dikenakan per transaksi pun juga lumayan, yaitu sekitar $10 - $20. Padahal, sebelum terjadi masalah ini, biaya transaksi yang dikenakan hanya sekitar $0.3 - $0.5 saja.

Meskipun sudah ada layanan Produk Perdagangan Berjangka Bitcoin (Bitcoin Futures) yang dibuka oleh Chicago Board Options Exchange (CBOE) pada tanggal 10 Desember lalu, dan Chicago Mercantille Exchange (CME) pada tanggal 18 Desember besok, tetap saja tidak semua Investor Bitcon memiliki dana miliaran dollar. Apalagi minimum transaksi pada CBOE sebesar 10 BTC, sedangkan CME 50 BTC; tentu saja Investor kelas menengah ke bawah tidak akan sanggup untuk ikut serta dan memilih untuk melakukan perdagangan Bitcoin secara lebih konvensional tanpa platform Futures.

Dengan reputasi "dipertanyakan", bagaimana mungkin Bitcoin dengan ukuran skalabilitas Blockchain yang begitu terbatas akan dapat menguasai dunia keuangan global? Tentu saja hampir tidak mungkin untuk waktu dekat ini, kecuali apabila ada solusi untuk pemecahan masalah skalabilitas tersebut.

Masalah Skalabilitas Bitcoin

 

Beberapa Hard Fork, Namun Masalah Belum Terelesaikan

Beberapa usaha update sistem jaringan (Hard Fork) sudah dilakukan oleh berbagai tim pengembang, seperti :

  • Bulan Juni-Juli 2017: Ide SegWit diimplementasikan, namun penyedia platform harus melakukan update secara manual pada fungsi Wallet mereka.
  • Bulan Agustus 2017: Hard Fork dilakukan pada jaringan Bitcoin Core dan menghasilkan Altcoin baru, yaitu Bitcoin Cash (BCH).
  • Bulan November 2017: Hard Fork kembali dilakukan namun hasilnya juga sama saja, yaitu pemisahan jaringan yang menghasilkan Altcoin baru bernama Bitcoin Gold (BTG).
  • 16 November 2017: Hard Fork SegWit2x (SegWit2MB) yang digadang dapat menyelesaikan permasalahan Skalabilitas dengan memperbesar Blocksize (Ukuran Blok) menjadi 2 MB dibatalkan, karena belum terciptanya konsensus sempurna pada jaringan, yang menungkinkan Replay Attack terjadi dan akan berakibat penghapusan seluruh koin Bitcoin yang ada pada jaringan Blockchain.

Beberapa usaha memang sudah dilakukan, namun perbaikan jaringan pada Inti Blockchain masih bisa dibilang "NIHIL", karena pihak ketiga masih dibutuhkan dan beberapa hasilnya justru menciptakan Altcoin baru yang bukan merupakan tujuan utama penyelesaian skalabilitas pada jaringan Blockchain Bitcoin Classic (BTC).

 

Bitcoin Lighthing Network Sebagai Solusi

Lightning Network (Jaringan Petir/Jaringan Super Cepat) merupakan salah satu ide (gagasan) untuk mengatasi permasalahan Skalabilitas Blockchains yang patut untuk diperhatikan. Lalu apa sebenarnya Lightning Network ini?

Bitcoin Lightning Network

 

Gagasan dibalik Ligthning Network adalah "Tidak semua transaksi harus dicatat di Blockchain".

Sebagai contoh sederhana, bayangkan jika Anda dan Saya bertransaksi beberapa kali dalam suatu kurun waktu tertentu, misalnya 1 hari. Dalam kasus seperti ini, kita dapat memotong catatan transaksi yang di tulis pada Blockchain, dan membawanya keluar dari rantai untuk "Sementara Waktu", hingga kurun waktu yang kita tentukan habis.

Dalam istilah yang paling sederhana, cara kerja Lightning Network adalah membuka sesuatu yang disebut "Saluran Pembayaran" diantara kedua belah pihak pelaku transaksi, dengan mencatat awal pembukaannya di Blockchain. Lalu, keduanya bisa terus bertransaksi beberapa kali melalui saluran pembayaran khusus ini dan terus terbuka hingga kurun waktu yang kita tentukan, misalnya jam, hari, minggu, bahkan untuk satu dekade tertentu. Satu-satunya event saat kita menyentuh Blockchain kembali adalah ketika kita ingin menutup saluran tersebut, kemudian status akhir transaksi yang terjadi akan tertulis secara otomatis melalui Channel khusus pada Blockchain tersebut.

Bahkan, ide Lightning Network ini juga dapat dilakukan oleh pihak lain. Misalnya A dan B membuat saluran khusus untuk transaksi, pihak C dapat mengirim Bitcoin kepada pihak A melalui pihak B. Artinya, penggantian eksekusi transaksi juga dapat dilakukan dengan dua proses melalui pihak lain, namun tetap dengan konsensus sepenuhnya (ada persetujuan dari kedua belah pihak).
Ide Lightning Network ini akan membuat transaksi terjadi dengan kecepatan kilat, dimana pihak pelaku transaksi tidak akan terlalu sering menyentuh sistem jaringan Blockchain. Sehingga, masalah skalabilitas yang terjadi saat ini dapat diminimalisir.

 

Bitcoin di Masa Depan

Seperti yang kita ketahui, meskipun masalah skalabilitas masih terus berlanjut sampai saat ini dan bisa dibilang semakin parah. Namun, adopsi mainstream pada Bitcoin masih saja semakin besar dengan "kebutaan". Artinya, tanpa mengetahui kekurangan dan masalah yang terjadi, para investor hanya terus tertarik pada pergerakan Bitcoin yang bisa digunakan sebagai media spekulasi secara cepat.

Tak heran jika ada beberapa pihak berkomentar negatif, seperti George Soros, Bapak Investasi Dunia, yang mengatakan bahwa Bitcoin adalah Investasi Jangka Pendek, dan belum cocok di sebut sebagai Investasi Jangka Panjang. Pernyataan tersebut tentu saja bukan asal-asalan dilontarkan oleh pelaku investasi dari zaman kuno yang sudah meraup kesuksesan dan pernah "membangkrutkanā€¯ sebuah Bank Sentral.

Dari sini, nampak bahwa kelebihan yang ditawarkan oleh jaringan Blockchain secara umum mulai memudar pada kripto Bitcoin Classic (BTC). Bisa saja ke depannya "tubrukan keras" terjadi karena jaringan sudah tidak mampu untuk memproses transaksi yang berlebihan, dan akan berlanjut pada kehancuran Bitcoin.

Namun, tentu saja para pengembang juga tidak akan diam saja dengan hal tersebut, mengingat rencana SegWit2x sudah gagal untuk dilakukan, pasti akan ada rencana perbaikan lain untuk Bitcoin di masa depan.

Untuk saat ini, pasar memang masih terfokus pada tersedianya Pasar Berjangka Bitcoin (Bitcoin Futures) yang disediakan oleh beberapa pialang raksasa dunia. Namun setelah efek tersebut memudar, dan ekuilibrium (kesetaraan Supply dan Demand) pada pasar Bitcoin sudah tercipta, sudah pasti masalah Skalabilitas yang memerlukan perbaikan besar akan menjadi perdebatan hebat kembali.

281560
Penulis

Seorang trader sejak 2012 yang mempunyai hobi menulis. Suka membahas serunya persaingan ekonomi antar negara dengan sebuah tulisan. Aktivitas trading menggunakan Price Action dan rumor fundamental saja. Karena trading itu memang simpel.