EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,081.46   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 6 menit lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 6 menit lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 6 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 6 jam lalu, #Saham AS

Proyeksi Harga Emas Tahun 2020, Apakah Akan Naik Atau Turun?

Penulis

Apakah masa keemasan tahun 2019 akan berlanjut? Mari simak proyeksi harga emas tahun 2020 yang disampaikan oleh para pakar dari bank-bank terbesar dunia.

Apabila Anda memilih berinvestasi emas tahun lalu, maka niscaya meraup profit berlimpah ruah dalam tahun 2019 ini. Harga emas telah meroket sejak awal tahun hingga menembus rekor tertinggi sejak bulan Maret 2013. Trader emas futures atau XAU/USD juga tentu memperoleh banyak peluang trading menguntungkan karena volatilitas yang sangat tinggi sepanjang tahun, sehubungan dengan kekhawatiran pasar menghadapi beragam konflik dagang yang dikobarkan oleh Amerika Serikat.

Meski demikian, pergerakan harga emas mulai loyo setelah gagal menembus kisaran 1550 USD pada bulan September lalu. Ditandatanganinya kesepakatan dagang fase-1 oleh AS dan China pada akhir pekan ini menandai surutnya risiko pasar, sehingga investor mengurangi koleksi emas dalam portofolio mereka. Jadi, muncullah pertanyaan, apakah masa-masa keemasan tahun 2019 akan terus berlanjut atau justru harga emas akan merosot kembali? Mari simak bersama proyeksi harga emas tahun 2020 yang disampaikan oleh analis dari sejumlah bank dealer terkemuka.

XAUUSD Monthly

 

ABN Amro: Harga Emas Akan Naik Sampai 1600 USD

Dalam jangka pendek, ABN Amro memperkirakan harga emas akan mundur lebih jauh lagi. Inilah sebabnya mengapa mereka tidak menyarankan trader untuk melakukan buy sekarang juga. Meski demikian, mereka meyakini bahwa harga emas akan kembali mendaki dalam tempo kurang dari setahun, kemudian tembus rekor tertinggi tahun ini yang berada di kisaran 1557 USD.

Forecast harga emas tahun 2020 yang dipublikasikan oleh ABN Amro minggu lalu cukup ambisius. Harga emas diperkirakan mengawali tahun 2020 pada kisaran 1450 USD, bergerak menuju 1500 USD pada kuartal kedua, lalu naik lagi ke 1550 USD pada akhir kuartal ketiga, kemudian menutup kuartal empat pada posisi harga 1600 USD.

"Untuk tahun 2020, kami lebih optimistis bagi harga emas, jika ada cukup banyak posisi long yang sudah ditutup (pada tahun ini). Forecast harga emas kami pada akhir tahun 2020 tetap berada pada 1600 USD per ons," catat pakar strategi logam mulia ABN Amro, Georgette Boele, sebagaimana dikutip oleh Kitco, "(Kami) positif terhadap emas, tetapi (akan) menunggu terjadinya koreksi sebelum masuk (membuka posisi trading long lagi)."

Boele menambahkan, "Dinamika dalam jangka waktu yang lebih panjang itu mendukung harga emas, seperti pelonggaran kebijakan moneter bank sentral, lebih banyak obligasi pemerintah yang memiliki yield negatif, dan beberapa tekanan pelemahan Dolar. Namun, dalam jangka pendek, kami memperkirakan harga emas akan lebih lemah."

 

Commerzbank: Rerata Harga Emas Kuartal IV/2020 Lebih Dari 1550 USD

Analis dari bank terbesar kedua di Jerman ini menyampaikan proyeksi senada dengan ABN Amro. Kebijakan moneter bank sentral mayor yang ultra-longgar dinilai bakal menggenjot harga emas naik lagi hingga mencapai rata-rata lebih dari 1550 USD per ons pada kuartal keempat

"Kami memperkirakan kenaikan (harga emas) ke 1550 USD per troy ons pada akhir 2020," ungkap analis dari Commerzbank, "Optimisme di kalangan investor spekulatif dan berkurangnya permintaan di Asia akan menghambat kenaikan harga di awal tahun, sehingga kami memperkirakan kenaikan terbesar pada paruh kedua (tahun 2020)."

"Kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh bank-bank sentral mayor akan tetap ultra-longgar tahun depan. Memang Fed AS menampik proyeksi pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Tapi tetap saja, hal itu masih mungkin terjadi, dan lebih mungkin terjadi daripada kenaikan suku bunga."

Commerzbank menyebutkan bahwa The Fed telah melakukan pembelian obligasi jangka pendek (T-Bills) senilai 60 Miliar per bulan sejak pertengahan Oktober lalu secara diam-diam. ECB dan Bank of Japan juga masih terus melanjutkan program Quantitative Easing masing-masing. Dengan tiga bank sentral terbesar mempertahankan kebijakan moneter longgar, maka harga emas tahun 2020 punya landasan kokoh untuk menguat.

Dalam situasi seperti ini, yield obligasi pemerintah ditekan ke teritori negatif. Akibatnya, pamor emas justru meningkat sebagai aset keuangan yang tak memberikan yield dalam bentuk bunga. Commerzbank juga menilai proyeksi pelemahan nilai tukar Dolar AS bakal menguntungkan investor emas.

 

Goldman Sachs: Emas Terus Menguat Dalam Jangka Panjang

Satu bank dealer lagi meyakini harga emas tahun 2020 akan naik sampai 1600 USD, yakni Goldman Sachs. Dalam sebuah laporan yang dirilis pada awal bulan Desember, bank investasi multinasional asal AS ini mematok forecast emas dalam periode 3, 6, dan 12 bulan ke depan pada harga 1600 USD per ons. Meski proyeksi ini hampir senada dengan ABN Amro, tetapi alasannya unik.

"Secara keseluruhan, walaupun kami mengakui adanya risiko memegang posisi emas pada level tinggi (dalam jangka pendek -red), kami meyakini posisi strategis (emas) masih kuat, khususnya untuk investor yang memiliki visi jangka panjang. Hal ini didasarkan pada berkurangnya daya tarik obligasi jangka panjang dari negara berkembang untuk diversifikasi portofolio dan sebagai instrumen penghasil return riil, eksposur terhadap meningkatnya kekayaan negara berkembang, terbatasnya pertumbuhan suplai tambang, meningkatnya risiko politik (terkait Pilpres AS 2020 -red), dan potensi penurunan nilai uang yang dipicu oleh popularitas Modern Monetary Theory."

Modern Monetary Theory (MMT) merupakan teori makroekonomi yang mendorong pemerintah agar menggelontorkan stimulus fiskal yang didanai dengan pencetakan uang dalam upaya mencapai full-employment. Meskipun pemerintah negara-negara terbesar tidak akan mengadopsi MMT secara langsung, tetapi beredarnya diskusi mengenai MMT bakal mendorong permintaan emas yang lebih tinggi. Orang-orang yang makin khawatir nilai uang akan menurun, bakal mengoleksi emas sebagai upaya untuk melindungi kekayaan mereka.

291310
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.