EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.280   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,379.20/oz   |   Silver 28.58/oz   |   Wall Street 37,753.31   |   Nasdaq 15,683.37   |   IDX 7,166.81   |   Bitcoin 61,276.69   |   Ethereum 2,984.73   |   Litecoin 80.17   |   EUR/USD terlihat akan melanjutkan pemulihan melampaui level 1.0700, 3 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Dolar As menjauh dari level tertinggi multi-bulan menjelang data tingkat menengah, 4 menit lalu, #Forex Fundamental   |   de Guindos, ECB: Penguranan pembatasan moneter adalah hal yang tepat jika kondisi inflasi terpenuhi, 4 menit lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/USD melanjutkan pemulihan, target sisi atas pertama terlihat di level 1.0700, 5 menit lalu, #Forex Teknikal   |   PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatat peningkatan trafik penggunaan data sebesar 16% sepanjang masa libur Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham-saham di Wall Street AS ditutup lebih rendah pada hari Rabu karena harga minyak mentah anjlok dan investor mempertimbangkan komentar The Fed, 5 jam lalu, #Saham AS   |   RUPST emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) akan dilaksanakan pada 15 Mei 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Perusahaan pemasaran digital Ibotta yang didukung oleh Walmart, kemungkinan akan mengumpulkan dana sebesar $577.3 juta dengan valuasi $2.67 miliar, setelah menetapkan harga penawaran saham perdananya pada hari Rabu, 5 jam lalu, #Saham Indonesia

Tahun 2013 Ini, Emas Diperkirakan Naik Sebesar 14%

Penulis

Meski ada beberapa faktor pengahambat kenaikan harga emas tahun ini, analis memprediksi harga emas tetap bisa mengalami peningkatan signifikan hingga 14 persen.

"Harga emas dunia tahun ini diperkirakan akan naik sekitar 14% dan rerata US$1.753 per troy ounce (US$53,36/gram) setelah membukukan reli terpanjang sejak sembilan dekade. Hal tersebut merupakan kesimpulan dari hasil jejak pendapat yang dilakukan London Bullion Market Association (LBMA) kepada para pedagang dan analis, yang dikutip Bloomberg."

harga emas akan naik

 

Survei Prediksi Harga Emas

Dari 23 peserta yang disurvei, rerata menyatakan harga logam akan mencapai US$1.914 per ounce, di atas posisi US%1.529 pada Desember 2012. Harga rerata yang dicatatkan sepanjang 2012 adalah US$1.669.
Harga perak diperkirakan akan naik sebanyak 29% sedangkan platinum dan palladium masing-masing 13% dan 23%.

Harga emas batangan atau koin emas (Bullion) naik 12 kali berturut-turut pada 2012 dan para investor meningkatkan kepemilikannya di bursa ke rekor baru pada 20 Desember 2012 karena bank sentral Eropa dan China menyatakan akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi mereka. Sementara itu negara Brazil, Irak, hingga Rusia membeli logam untuk menambah cadangan. Harga emas diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun ini karena peningkatan pertumbuhan AS terlebih langkah the Fed yang akan menambah stimulusnya.

"Suku bunga tetap negatif di banyak negara dan sepertinya diatur untuk tetap negatif untuk beberapa waktu," tulis Walter de Wet, Analis Standard Bank Plc di Johannesburg dalam laporannya, seperti dikutip Bloomberg. "Akibatnya, biaya kepemilikan emas dan perak untuk dialihkan ke kas tetap diabaikan. Tapi kami tidak mengubah bearish pada emas," tambahnya.

 

Faktor Penghambat Kenaikan Harga Emas

Dari berita tersebut, tampaknya ada beberapa faktor yang akan menahan harga emas. Kini ada 4 hal yang tetap akan menghambat laju pergerakan emas selama beberapa bulan kedepan:

1) Penurunan Permintaan Di India

India yang merupakan konsumen emas terbesar di dunia, sedang mengalami penurunan permintaan terhadap logam mulia emas secara signifikan. Sebagai buktinya impor emas bulan yang lalu anjlok ke 35 ton dari 75 ton pada bulan Desember 2010, setelah menurun di bulan November dari 80 ton ke 20 ton dalam basis tahunan.

Salah satu faktor utama atas penurunan tersebut adalah pelemahan mata uang India, yaitu Rupee, yang membuat emas jauh lebih mahal untuk pembeli India. Pada akhirnya permintaan dari India memang akan meningkat lagi, tetapi untuk sementara waktu masih akan cenderung lemah. Kenyataan ini didukung oleh Prithviraj Kothari, President of the Bombay Bullion Association, yang mengatakan bahwa permintaan emas akan berlanjut melemah dalam beberapa bulan mendatang, jika harga emas tidak mengalami penurunan.

 

2) Penguatan Mata Uang Dolar AS

Dalam beberapa bulan belakangan ini, emas seolah-olah kehilangan statusnya sebagai instrumen investasi safe haven yang biasanya merupakan tambatan bagi investor ditengah kondisi ketidakpastian ekonomi dan krisis global. Investor cenderung melakukan likuidasi investasi pada emas dan lebih memilih menyimpan dolar AS seiring bergulirnya krisis hutang Uni Eropa yang mengancam ketatnya likuiditas di pasar keuangan.

Mengapa Dollar AS begitu kuat akhir-akhir ini? Jawabannya sebetulnya cukup sederhana: uang yang kabur dari zona Euro harus pergi ke suatu tempat, dan sebagiannya ditanamkan dalam US Treasuries atau obligasi pemerintah AS, yang mengakibatkan suatu konversi dari berbagai mata uang asing kedalam Dolar AS. Dan dolar AS yang lebih kokoh pada gilirannya mengartikan harga emas yang lebih rendah karena emas didenominasi dalam mata uang Dolar.

Maka selama permasalahan di Eropa masih merupakan pusat perhatian investor, kekuatan dolar AS akan tetap memberikan tekanan terhadap pasar emas. Inipun terjadi pada tahun 2008, ketika indeks Dolar AS membentuk suatu dasar dan mulai membangun suatu basis untuk meloncat ke atas (lihat grafik bulanan di bawah ini).

 

Tahun 2013 Ini, Emas Diperkirakan Naik Sebesar

 

Jika Anda mengamati monthly chart tersebut dengan seksama, Anda akan melihat bahwa US indeks Dolar mulai beranjak naik pada waktu emas mencapai level tertingginya pada bulan September 2011. Lalu apabila indeks dolar AS berhasil memecahkan resistance di sekitar 81.50, US Dollar index berpeluang untuk melanjutkan penguatannya ke 87 sebelum membentuk suatu major top.

 

3) Sentimen Terhadap Emas Terlalu Bullish

Misalnya, emas merupakan aset favorit dari investor untuk 2012, menurut sebuah poll yang dilaksanakan oleh Japanese investment bank Nomura. Selain itu Morgan Stanley memprediksi emas akan menjadi the best-performing commodity di 2012, dengan $2,200/toz sebagai target harga mereka. Lalu meskipun Goldman Sachs kurang agresif, tetapi mereka pun tetap bullish dimana target harga untuk emas adalah $1,940/toz pada tahun 2012.

Ini boleh dianggap bagai sebuah sinyal yang contrarian, karena masih terlalu banyak pelaku pasar yang optimis mengenai pergerakan harga emas di masa yang akan datang. Jadi di saat mayoritas investor mulai bearish terhadap emas kedepan dan spekulator yang mempunyai posisi beli pada akhirnya menyerah, harga emas baru akan meroket lagi!

 

4) Pergerakan Harga Emas Mengikuti Aset Berisiko

Meskipun emas tergolong sebagai aset berstatus safe haven, yang emas berfungsi sebagai proteksi kekayaan para investor di tengah ketidakpastian kondisi keuangan global dan potensi inflasi, namun saat ini emas cenderung mengikuti pergerakan aset beresiko seiring masih rentannya sentimen pelaku pasar. Sebagai akibatnya, korelasi positif antara emas dan S&P 500 misalnya telah naik ke level tertinggi dalam setahun.

Maka apabila bursa saham menurun lagi dalam waktu dekat, emas akan rentan terhadap aksi ambil untung spekulator maupun hedge funds yang terpaksa menjual emas agar memperoleh uang tunai untuk menutupi margin calls atau memenuhi permintaan penarikan uang dari investor. Bahkan beberapa bank dan lembaga keuangan di Eropa telah ”membuang” logam mulia mereka secepat mungkin supaya bisa masuk ke aset yang lebih likuid untuk melunasi hutang mereka.

Dengan demikian jika kondisi pasar memburuk seperti pada tahun 2008 dan/atau situasi di Eropa makin gawat, jangan terkejut apabila kita kembali menyaksikan suatu “fire sale” dimana investor melikuidasi aset apapun yang telah menghasilkan keuntungan, termasuk emas, untuk mendapatkan cash yang sangat diperlukan.

116857
Penulis

Mulai terjun di dunia trading akhir tahun 2009. Pertama kali belajar konsep Money Management dari seorang trader Jepang, kemudian berlanjut otodidak. Strategi trading berpatokan pada level Support dan Resistance (Supply and Demand), dengan dasar High Low yang pernah terjadi, ditunjang range market yang sedang berlangsung dan pembatasan risiko.