EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,096.00   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

Bitcoin Bisa Manfaatkan Devaluasi Mata Uang Untuk Menguat

Penulis

Ketidakpastian geopolitik saat ini telah merembet pada devaluasi mata uang. Bitcoin diyakini dapat bersinar di tengah situasi demikian.

Spencer Bogart dari Blockchain Capital mengatakan bahwa saat ini Bitcoin bisa menjadi safe haven dalam jangka waktu yang cukup panjang. Bogart menyampaikan pandangan ini dalam sesi wawancara dengan Bloomberg 20 Agustus 2019 lalu.

Bitcoin Menguat

"Saya pikir Bitcoin akan menjadi safe haven dalam jangka panjang. Terlebih lagi ketika kita saat ini menghadapi ancaman devaluasi mata uang, maka Bitcoin akan menjadi aset yang cukup menarik untuk investasi. Saya berpikir bahwa itu yang akan menjadikan harga Bitcoin melonjak..," demikian ungkap Spencer Bogart.

Di saat yang sama, Bogart juga mengatakan bahwa Bitcoin tidak akan bisa bekerja dengan baik ketika ekonomi global sedang menghadapi krisis. "Ketika kita memikirkan mengenai krisis ekonomi yang cukup buruk sedang melanda, krisis likuiditas, krisis keuangan global lain, saya berpendapat bahwa Bitcoin akan sulit mempertahankan penguatannya," kata Bogart yang juga menegaskan bahwa argumennya mengenai masa depan Bitcoin bukanlah proyeksi. Ia sendiri tidak yakin bahwa saat ini dunia sedang menghadapi krisis yang seburuk itu.

 

Devaluasi Mata Uang Bisa Menggenjot Nilai Bitcoin

Pendiri Galaxy Digital, Mike Novogratz, memberikan sinyal sependapat dengan Bogart, terutama mengenai pandangannya terkait risiko devaluasi mata uang yang akan memberikan dorongan kenaikan pada harga Bitcoin. Ia mengatakan:

"Kondisi Yuan China yang lemah dengan nilai tukar lebih dari 7.0 terhadap USD, gelombang protes di Hong Kong, dan terjadinya perpindahan modal akan mendorong kenaikan tinggi pada Bitcoin."

Perlu diketahui, China memang diisukan mendevaluasi mata uangnya beberapa waktu lalu, tepatnya setelah People's Bank of China (PBoC) memangkas referensi nilai tukar Yuan versus Dolar AS ke bawah 6.9. Karena langkah tersebut dilangsungkan pasca AS melancarkan ancaman tarif impor tambahan, pasar menduga jika China sengaja melakukannya sebagai aksi balasan. Kekhawatiran terhadap risiko perang mata uang pun merebak.

Terlepas dari spekulasi itu, Anthony Pompliano dari Morgan Creek Digital Assets lebih menyoroti performa Bitcoin di kala pasar dirundung banyak gejolak. "Bitcoin bekerja seperti apa yang sudah direncanakan dan dirancang selama kondisi global yang penuh ketidakpastian," ujar Pompliano.

289777
Penulis

Seorang trader sejak 2012 yang mempunyai hobi menulis. Suka membahas serunya persaingan ekonomi antar negara dengan sebuah tulisan. Aktivitas trading menggunakan Price Action dan rumor fundamental saja. Karena trading itu memang simpel.