Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) merosot nyaris 1 persen pada awal perdagangan sesi New York hari ini (29/Maret), menyusul serangkaian kabar terbaru yang memicu penguatan signifikan dalam nilai tukar euro dan yen. Saat berita ditulis, DXY beredar pada kisaran 93.30-an. EUR/USD melonjak lebih dari 1 persen ke atas ambang 1.1100, sementara USD/JPY mencetak penurunan lebih dari 1 persen ke bawah ambang 123.00.
Grafik DXY Daily via TradingView
Rusia Mundur Dari Kyiv, Ukraina Siap Jadi Negara Netral
Perundingan Rusia-Ukraina di Istanbul, Turki, membuahkan kemajuan yang cukup signifikan. Alexander Fomin, Deputi Menteri Pertahanan Rusia, mengatakan bahwa Moskow akan mengurangi operasi militernya "secara drastis" di sekitar Kyiv dan Chernihiv. Seorang pejabat AS mengonfirmasinya dengan hasil pemantauan yang menunjukkan sejumlah pergerakan tentara Rusia menjauh dari Kyiv hari ini.
Ukraina juga mengajukan proposal yang mengakomodasi sejumlah tuntutan Rusia. Proposal itu mencakup kesediaan Ukraina untuk menyandang status negara netral, serta menanggalkan aspirasinya untuk bergabung dengan NATO. Di sisi lain, Ukraina menuntut agar tetap diperbolehkan bergabung dengan Uni Eropa dan meminta jaminan keamanan internasional agar wilayahnya tak diserang lagi.
Euro langsung rebound kuat menyusul serentetan kabar tersebut. Bukan hanya EUR/USD yang meroket, melainkan juga EUR/GBP dan EUR/CHF. Euro kini menduduki posisi tertinggi sepekan terhadap dolar AS dan franc Swiss. Sedangkan EUR/GBP bertengger pada rentang tertinggi sejak Februari 2022 lantaran pound sterling tengah terpukul oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral Inggris yang bernada dovish.
Pemerintah Jepang Resahkan Pelemahan Yen
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan bahwa pemerintah akan memantau pergerakan nilai tukar untuk mencegah pelemahan yen yang berlebihan dan mencederai perekonomian. Pernyataan itu kemudian disusul dengan kabar tentang pertemuan antara dua pejabat top Jepang dan AS dalam rangka membahas tentang nilai tukar.
"Kami membicarakan perkembangan pasar keuangan, termasuk pergerakan dolar-yen," kata Masato Kanda, Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Luar Negeri, seusai pertemuannya dengan Andy Baukol, Wakil Menteri untuk Urusan Luar Negeri di Departemen Keuangan AS, "Kami menggarisbawahi pentingnya mempertahankan komitmen G7 dan G20 tentang nilai tukar."
Kanda dan Suzuki tidak menjabarkan apakah pemantauan atas nilai tukar itu akan ditindaklanjuti dengan intervensi mata uang atau tidak. Namun, sejumlah pelaku pasar menilainya sebagai sinyal untuk ambil untung jangka pendek. Di sisi lain, para analis meyakini tren USD/JPY berikutnya masih bullish dan bahkan berpotensi naik sampai kisaran 125.00.
"Meskipun komentar dari para pejabat Jepang tak mungkin mengubah tren pelemahan yen dengan sendirinya, semua itu setidaknya membantu untuk memperlambat aksi jual yen saat ini," kata Lee Hardman dari MUFG, dalam catatan untuk klien yang dikutip oleh Reuters.
"Divergensi antara kebijakan moneter AS dan Jepang akan terus membebani yen, di mana kami memperkirakan akan terstabilkan pada kisaran 125 versus dolar dan bahkan kemungkinan melampaui level tersebut," kata Roberto Mialich dari Unicredit, "Pandangan kami terhadap greenback tetap positif lantaran sikap hawkish Federal Reserve."