Seputarforex.com - IHS Markit melaporkan bahwa PMI Manufaktur AS (Flash Estimates) naik dari 51.3 ke 52.2 pada bulan November 2019. Perolehan itu lebih tinggi daripada ekspektasi kenaikan angka 51.5. Sementara itu, PMI Jasa AS yang dirilis oleh lembaga yang sama, naik dari 50.6 ke 51.6 bulan ini.
Komentar Optimis Xi Dan Trump
Sementara itu, kabar positif kembali datang dari perdagangan AS-China. Presiden dari kedua negara tersebut sama-sama memberikan komentar bernada optimistis akan tercapainya kesepakatan.
Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa Beijing ingin segera mencapai kesepakatan dagang dengan Washington, serta terus berupaya untuk menhindari perang dagang. Namun, Xi tetap menjaga harga diri negaranya dengan menegaskan bahwa mereka juga tak gentar untuk membalas apabila langkah itu diperlukan.
Sedangkan dari pihak AS, Presiden Donald Trump mengatakan pada Fox News bahwa kesepakatan dengan China "sudah sangat dekat". Ia juga menyiratkan kemungkinan untuk tidak menandatangani Undang-Undang yang mendukung Hong Kong, jika hal itu diperlukan untuk mendukung tercapainya kesepakatan dengan Beijing.
"Kita harus berpihak pada Hong Kong, tetapi saya juga mendukung Presiden Xi, karena ia adalah salah satu kawan saya," kata Trump saat ditanya apakah ia akan menandatangani UU yang telah diloloskan Senat tersebut.
"Beliau adalah pria yang luar biasa, tetapi kita harus mendukung... maksud saya, saya lebih suka melihat perkembangannya saja, OK?" pungkasnya.
Dolar AS Naik Signifikan
Angin segar dari kesepakatan dagang tak pelak kembali meningkatkan minat risiko pasar. Kedua data PMI rilisan Markit juga melambungkan Dolar AS di sesi perdagangan Jumat (22/November) malam ini, karena menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap tangguh meski sedang menghadapi perang dagang dengan China. Dalam grafik Daily berikut ini, Indeks Dolar AS (DXY) naik 0.29 persen ke 98.24, menuju level tinggi yang terakhir tercapai pada tanggal 15 November.
"Kombinasi (data PMI AS dari markit) mengangkat Dolar AS sedikit lebih tinggi," kata Vassili Serebriakov, analis dari UBS New York. "Dolar AS relatif mahal, tetapi saya kira pasar sedang benar-benar menunggu sinyal kenaikan pertumbuhan global untuk menghidupkan kembali minat mereka terhadap mata uang-mata uang di luar Amerika Serikat. Namun, apa yang mereka dapatkan masih beragam, baik data PMI ataupun kabar mengenai perdagangan."