EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 11 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 18 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 18 jam lalu, #Saham AS

Dolar AS Pertahankan Dominasi Di Tengah Invasi Rusia

Penulis

Invasi Rusia ke Ukraina berpotensi memengaruhi kebijakan moneter global, di mana dolar AS mungkin diuntungkan oleh sikap bank-bank sentral yang kurang hawkish.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) telah surut dari rekor tertinggi yang tercapai kemarin pada level 97.73. Nilai tukar greenback juga mulai termoderasi versus sebagian mata uang mayor. Namun, dorongan reli dolar AS masih cukup kencang lantaran panasnya situasi invasi Rusia ke Ukraina. Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa (25/Februari), DXY beredar pada kisaran atas ambang 97.00.

DXY Daily

Invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, meskipun Moskow menghadapi banjir protes keras dari berbagai pihak. Kabar terakhir mengungkap pertempuran sengit tengah berlangsung dekat ibukota Ukraina, Kyiv.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sejumlah negara lain semakin menggencarkan gelombang sanksi atas Rusia. Sanksi diterapkan atas perbankan, individual, dan BUMN Rusia dengan tujuan untuk menghambat kemampuan mereka berbisnis di mancanegara. PM Inggris Boris Johnson bahkan mendesak agar Rusia segera didepak dari sistem pembayaran internasional SWIFT. Kendati demikian, Rusia terus membombardir Ukraina.

Ini merupakan operasi militer terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, sehingga banyak pihak khawatir efek dominonya bakal meluas ke skala internasional. Ada pula kekhawatiran kalau-kalau perang bakal merembet ke negara lain, setelah merebak kabar masuknya 9 pesawat tempur China ke zona pertahanan udara Taiwan.

"Dampak urutan pertama (dari konflik) tentunya di Rusia dan Ukraina... tetapi ada dampak pada pasar forex dan obligasi Asia Pasifik juga," kata Riad Chowdhury, kepala APAC di MarketAxess, sebagaimana dilansir oleh Reuters. Ia menggarisbawahi pelarian modal dalam aset-aset global menuju dolar, yen, dan negara-negara berkembang.

Perang Rusia-Ukraina juga berpotensi memengaruhi orientasi kebijakan moneter global. Sejumlah pejabat AS mengatakan bahwa perang ini mungkin memperlambat laju pengetatan moneter, tetapi takkan sepenuhnya menyetop kenaikan suku bunga The Fed. Sedangkan sejumlah pejabat bank sentral Eropa (ECB) justru menilai perang dapat menghambat upaya mereka untuk mengakhiri stimulus moneter (Quantitative Easing) ke depan.

Pakar strategi Invesco mencatat, "Kami memperkirakan konsekuensi (konflik Rusia-Ukraina) untuk diterjemahkan menjadi sikap yang kurang hawkish dari bank-bank sentral mayor - mengarahkan The Fed menuju kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin pada Maret (dan bukan 50 basis poin-red) serta melanjutkan keraguan ECB."

Download Seputarforex App

297365
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.