Seputarforex - Dolar AS mencetak penurunan terbesar dalam 3 tahun terakhir di penghujung 2020 ini. Sempat melonjak karena fungsinya sebagai safe haven di tengah lonjakan kasus virus Corona, Dolar meluncur turun begitu Federal Reserve mengucurkan stimulus moneter.
Mata uang berjuluk Greenback ini menjulang ke level tinggi tiga tahun di 102.99 pada bulan Maret 2020, tetapi mengakhiri tahun ini dengan kemerosotan dan di level 89.9. Harga bahkan membukukan penurunan sebanyak 2 persen dalam satu bulan terakhir. Adapun rangkuman performa Dolar AS terhadap sejumlah mata uang mayor lain dalam setahun ini adalah:
- EUR/USD berakhir di level 1.2215, naik signifikan dalam basis tahunan. Rabu kemarin (30/Desember), pair tersebut bahkan sempat menyentuh 1.2310 yang merupakan level tertinggi sejak April 2018.
- AUD/USD dan NZD/USD sukses mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2018, di mana Aussie menyentuh 0.7743 dan Kiwi 0.7241. Meski telah mundur dari level-level puncak tersebut, kedua mata uang antipodean ini secara umum meraih penguatan masing-masing 9.76 persen dan 6.28 persen sepanjang tahun 2020.
- USD/JPY tergelincir 4.90 persen ke posisi 103.25. Pasangan mata uang tersebut hanya terpaut sedikit di atas level rendah 102.86 yang tercapai pada 17 Desember.
- GBP/USD menjadi pair dengan kinerja paling dramatis sepanjang tahun. Cable mengakhiri tahun ini dengan kenaikan 2.98 persen ke 1.3686 setelah Inggris akhirnya mencapai kata sepakat dengan Uni Eropa terkait Brexit.
Faktor-Faktor Penghalang Bullish Dolar Di 2021
Daya tarik Dolar AS memudar karena beberapa faktor, antara lain peningkatan outlook ekonomi global gegara prospek implementasi vaksin COVID-19, suku bunga The Fed yang sangat rendah, dan aksi pembelian obligasi The Fed. Di samping itu, ekspektasi tambahan stimulus fiskal, kenaikan anggaran fiskal, dan defisit neraca berjalan saat ini masih menjadi beban tersendiri bagi mata uang AS di tahun 2021.
"Saya mengekspektasikan Dolar AS akan terdepresiasi lebih jauh dalam beberapa tahun ke depan, karena suku bunga The Fed akan dijaga di level nol sembari mengelola balance sheet mereka yang membengkak," tutur Kevin Boscher, analis Ravenscroft kepada kliennya.
Selanjutnya, para investor akan mengawasi pemilu di Georgia untuk dua kursi Senat pada hari Selasa pekan depan. Sebelumnya, proposal tambahan dana bantuan sosial dari $600 ke $2000 masih macet di Senat. Pimpinan Partai Republik Mitch McConnel menolak memberikan jadwal pasti untuk memungut suara Senat terkait hal tersebut. Namun demikian, pasar mengeksepktasikan bahwa dengan duduknya Joe Biden di kursi Presiden AS tahun ini, maka ada peluang besar bagi diloloskannyan tambahan stimulus fiskal AS.