Seputarforex - Pada hari Rabu (16/Maret), Kantor Kabinet Jepang merilis data ekspor yang meningkat sebesar 19.1 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan Februari. Angka ini sedikit di bawah ekspektasi ekonom untuk kenaikan 21 persen, tetapi jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya 9.6 persen.
Lonjakan ekspor tidak terlepas dari adanya kenaikan pengiriman barang menuju China sebesar 25.8 persen, yang sebagian besar terdiri dari produk semi-konduktor. Sementara itu, pengiriman barang Jepang ke mitra dagang utama lainnya seperti Amerika Serikat naik 16.0 persen karena pengiriman mobil dan produk otomotif.
Di sisi lain, impor Jepang naik sebesar 34 persen secara tahunan. Kendati masih lebih rendah ketimbang pertumbuhan bulan Januari di 38.7 persen, angka impor kali ini melampaui forecast ekonom untuk kenaikan 28.0 persen.
Kenaikan tajam impor Jepang disebabkan oleh lonjakan harga komoditas energi di pasar internasional. Jepang selama ini memang dikenal sebagai salah satu negara importir minyak yang perekonomiannya sangat bergantung pada harga bahan mentah dunia.
Lonjakan ekspor Jepang yang diikuti dengan kenaikan tajam impor membuat defisit neraca perdagangan (trade balance) pada bulan Februari membengkak sebesar 668.3 miliar Yen, jauh melebihi ekspektasi ekonom untuk defisit 112.6 miliar Yen. Perolehan defisit kali ini cukup mengkhawatirkan, mengingat defisit pada bulan Januari hanya 2.19 triliun Yen.
USD/JPY Stabil Jelang Pengumuman The Fed
Rilis data ekspor impor Jepang pagi ini tidak berdampak tinggi terhadap pergerakan Yen melawan Dolar AS. Yen saat ini berada di dekat rekor terendah 5 tahun terhadap Dolar AS. Dibanding data ekonomi Jepang, pasar lebih memperhatikan pengumuman suku bunga dan kebijakan ekonomi dini hari besok. Investor cenderung melepas Yen dan beralih menuju Greenback karena menawarkan bunga yang lebih menarik. Saat berita ini diturunkan, pair USD/JPY diperdagangkan pada kisaran 118.297, tidak jauh dari harga Open harian di 118.292.