Seputarforex - Goldman Sachs memprediksi bahwa inflasi akan menjadi penggerak utama pasar hingga tahun 2022. Dari pengamatan di pasar minyak, mata uang, hingga swap suku bunga, data inflasi akan memberikan pengaruh yang paling besar.
Sebagai informasi, data inflasi AS yang baru dirilis semakin bertentangan dengan pandangan "kenaikan sementara" dari The Fed. Inflasi konsumen AS naik 6.2% di bulan Oktober dalam basis tahunan, begitu pula dengan inflasi konsumen inti yang naik lebih tinggi dari ekspektasi dalam basis bulanan.
Hingga pekan lalu, The Fed masih meredam kekhawatiran pasar akan dampak inflasi tinggi. Baik Ketua Jerome Powell maupun wakilnya, Richard Clarida, mengatakan bahwa kenaikan inflasi hanya bersifat sementara. Spekulasi bahwa kenaikan suku bunga dibutuhkan untuk menghindari risiko pun ditepis oleh bank sentral AS tersebut.
"Mengingat volatilitas inflasi dalam beberapa waktu terakhir, angka-angka utama (headline inflasi) yang naik dan cenderung meningkat; kami yakin pasar akan mulai menaikkan demand untuk premi risiko inflasi yang positif. Kami ekspektasikan (ini) akan berlangsung hingga tahun depan," demikian tulis analis Goldman Sachs dalam catatannya.
"Selama The Fed enggan memberi sinyal akan sikap yang lebih agresif, maka kami mengekspektasikan banyak pihak yang akan memasukkan kompensasi risiko inflasi yang lebih tinggi," kata Goldman Sachs sebagaimana dikutip Reuters.
Gagasan utama perdagangan jangka panjang yang disusun Goldman Sachs kini didasarkan pada ekspektasi inflasi. Sebagai langkah antisipasi trading tahun depan, Goldmans Sachs merekomendasikan untuk membeli mata uang-mata uang dari negara yang bank sentralnya mengambil pendekatan lebih hawkish dalam merespon inflasi. Sedangkan di tengah kondisi kenaikan harga komoditas dan minyak dunia, Goldman Sachs akan pasang buy pada Dolar Australia dan Dolar Kanada.
Di pasar obligasi, bank ini merekomendasikan untuk membeli US Treasury bertenor lima tahunan. Di pasar ekuitas, mereka merekomendasikan saham-saham Meksiko dan Rusia karena sifatnya yang defensif terhadap potensi rate hike AS dan perkembangan ekonomi China.