Seputarforex - Harga emas menguat di sesi perdagangan Rabu (31/Maret) malam ini akibat pelemahan Dolar AS. Namun secara garis besar, logam mulia tersebut masih dalam jalur penurunan terbesar 4 tahun sehubungan dengan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat.
Harga emas spot naik 0.8 persen ke $1698.00 per ounce pada pukul 14:42 GMT, sementara harga emas futures di Comex New York naik 0.7 persen ke $1698.40. Grafik XAU/USD di bawah ini pun memperlihatkan penguatan 1.7 persen ke $1713.90.
"Karena kita melihat stabilisasi yield obligasi dan Dolar AS sedikit mundur dari level tertinggi baru-baru ini, maka kita juga melihat sedikit pergerakan naik emas dari posisi terendahnya di pasar," kata David Meger, analis dari High Ridge Futures.
Selain itu, Meger menambahkan bahwa pasar juga masih mengamati rencana stimulus struktural AS, mengingat stimulus masif akan berhubungan dengan meningkatnya tekanan inflasi. Terkait hal tersebut, Presiden AS Joe Biden akan menjelaskan rencana penyediaan dana infrastruktur sebesar $3 - $4 triliun.
Emas Bakal Bearish Selama Yield Masih Jadi Primadona
Meski mulai naik, harga emas telah turun lebih dari 10 persen dalam kuartal pertama 2021. Ini merupakan kinerja tiga-bulanan terburuk sejak akhir Desember 2016. Dalam rentang bulanan, harga emas pun terus merosot selama tiga bulan berturut-turut. Harga emas diperkirakan tak akan naik signifikan dalam waktu dekat apabila yield obligasi masih kokoh.
Analis independen Ross Norman mengatakan, "Kekuatan luar biasa Dolar AS dan yield obligasi US Treasury memberatkan emas secara masif. Saat ini, haraga emas masih akan mengalami sejumlah tekanan.... Emas mungkin akan mengabaikan kabar baik seperti rencana stimulus masif saat ini. Sebab, kabar tersebut hanya berdampak pada dua aset lainnya."
Carsten Menke dari Julius Baer menambahkan persepsi bahwa emas dan perak tampak mengesampingkan isu gelombang ketiga virus Corona. Menurutnya, sentimen di pasar logam mulia lebih fokus pada kemajuan vaksinasi, khususnya di AS.