EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,327.43/oz   |   Silver 27.33/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,147.21   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 3 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Harga Minyak Membentuk Gap Naik Di Awal Tahun 2019

Penulis

Setelah mencatatkan penurunan tajam selama kuartal terakhir 2018 lalu, harga minyak sedikit menunjukkan potensi bullish di awal tahun ini.

Harga minyak mengawali kiprah di tahun 2019 dengan berada di teritori positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya Gap naik pada pembukaan perdagangan hari Rabu (2/1). Kendati demikian, prospek harga minyak secara umum untuk tahun ini tetap lemah, karena masih dibayangi masalah melambungnya stok minyak mentah AS dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.

Awal Tahun 2019, Harga Minyak Membentuk

Pada perdagangan hari Rabu, minyak Brent dibuka di kisaran $53.86 per barrel, membentuk Gap naik dari harga penutupan 2018 pada level $53.25 per barrel. Namun pada saat berita ini ditulis, minyak Brent kembali melemah dan diperdagangkan pada kisaran $53.21 per barrel. Kondisi serupa juga terlihat pada minyak WTI yang diperdagangkan pada kisaran $45.86 per barrel, naik 45 cent (1 persen) dari harga penutupan tanggal 31 Desember lalu.

 

Kerugian Tahunan Pertama Sejak 2015

Harga minyak mengakhiri tahun 2018 dengan mencatatkan kerugian tahunan pertama sejak 2015. Hal tersebut karena dipicu oleh penurunan tajam harga di sepanjang kuartal keempat tahun lalu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan minyak tahun lalu meliputi melimpahnya persediaan minyak mentah AS, keringanan sanksi terhadap Iran, hingga permintaan minyak yang menurun dari sejumlah negara konsumen utama seperti China dan India.

"Harga minyak mencatatkan penurunan tahunan pertama kali dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang diperparah oleh perang dagang AS-China, dan melimpahnya stok minyak secara berkelanjutan," kata Adeel Minhas, seorang konsultan di Rivkin Securities Australia.

 

Bagaimana Prospek Harga Minyak 2019?

Ekonom berpendapat jika prospek harga minyak untuk tahun 2019 masih penuh dengan ketidakpastian. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah kekhawatiran perdagangan AS-China, Brexit, serta ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah.

Sebuah jajak pendapat terbaru yang dilakukan Reuters, menunjukan jika sebagian besar ekonom memprediksi harga minyak akan tetap berada di bawah $70 per barrel pada tahun 2019. Meski Rusia dan negara-negara OPEC sudah berupaya memangkas produksi, melimpahnya persedian minyak mentah AS dan perlambatan ekonomi global akan tetap membebani harga minyak mentah.

286838
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.