EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.790   |   GBP/USD 1.235   |   AUD/USD 0.646   |   Gold 2,305.51/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,112.59   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Kabar Kenaikan Inflasi Teredam Pernyataan The Fed, Reli Dolar Macet

Penulis

Upaya penguatan dolar AS mulai menghadapi perlawanan dari sisi teknikal dan fundamental. Khususnya karena The Fed tetap enggan menaikkan suku bunga meski inflasi Amerika Serikat meninggi.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) bergerak mendatar pada kisaran 90.70-an sejak sesi Eropa kemarin hingga pertengahan sesi Asia hari Jumat ini (14/Mei). Rilis data inflasi konsumen Amerika Serikat yang jauh melampaui ekspektasi pada hari Rabu sempat menumbuhkan harapan untuk kenaikan suku bunga dan mendorong penguatan pesat greenback. Namun, pasar kini mulai memahami betapa The Fed tetap enggan menaikkan suku bunga meski inflasi meninggi.

Indeks Dolar AS

US Bureau of Labor Statistics kemarin melaporkan bahwa inflasi produsen Amerika Serikat tumbuh 0.6 persen (Month-over-Month) pada bulan April 2021, atau dua kali lipat dari estimasi pasar yang hanya 0.3 persen. Laju inflasi produsen tahunan pun melejit sampai 6.2 persen, rekor year-on-year tertinggi sejak tahun 2010.

Laporan tersebut menjadi bukti tambahan bahwa laju inflasi tengah moncer di negeri Paman Sam. Namun, perilisannya tak direspons oleh pelaku pasar.

Hanya berselang beberapa jam, Gubernur Federal Reserve Christopher Weller mengatakan bahwa ia memperkirakan inflasi akan melampaui target 2 persen selama dua tahun ke depan. Kendati demikian, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga hingga mereka menyaksikan laju inflasi berada di atas target dalam waktu yang sangat lama atau tingkat inflasi mencapai level sangat tinggi.

Sehari sebelumnya, Wakil Ketua The Fed Richard Clarida telah mengutarakan pandangan senada. Menurutnya, pertumbuhan pekerjaan yang lemah dan tingkat inflasi yang kuat pada bulan April 2021 tidak akan mengubah rencana bank sentral untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar.

Pernyataan para pejabat The Fed tersebut memupuskan harapan pasar untuk kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Kekecewaan tersebut menghalangi reli USD lebih lanjut, sekaligus membantu rival-rivalnya untuk menstabilkan posisi. Apalagi para investor pasar modal juga memanfaatkan penurunan saham sehari sebelumnya untuk membeli lagi pada harga lebih rendah.

"Sayangnya USD hanya menyaksikan kelanjutan terbatas ke arah atas malam ini, setelah penutupan sesi New York yang positif kemarin (Rabu, 12 Mei 2021 -red). (USD) melanjutkan penguatan saat masih memungkinkan secara teknikal, tetapi menghadapi para pelaku serok bawah ekuitas/obligasi, resistance teknikal, dan sejumlah tingkat kedaluwarsa option untuk penutupan sesi New York hari ini (Kamis, 13 Mei 2021 -red)," kata Erik Bregar, Kepala Strategi FX di Exchange Bank of Canada.

Download Seputarforex App

295726
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.