EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,150.91   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 4 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 4 jam lalu, #Saham AS

Mengukur Dampak Pemilu Terhadap Dolar: Siapa Menang Pilpres AS 2020?

Penulis

Hasil studi mengungkap adanya peningkatan korelasi antara dolar dan proyeksi hasil pemilu presiden AS 2020. Tapi, kandidat presiden mana yang lebih disukai pasar?

Hasil studi TD Securities baru-baru ini mengungkap adanya peningkatan korelasi antara nilai tukar dolar dan proyeksi hasil pemilu presiden AS 2020, dari sekitar 20 persen pada bulan Maret lalu menjadi sekitar 80 persen sekarang. Pertanyaannya, kandidat presiden mana saja yang bullish dan bearish bagi greenback? Editorial Seputarforex kali ini akan mengupas proyeksi dampak pemilu presiden AS 2020 terhadap dolar AS ke depan.

Dampak Pemilu Terhadap Dolar

 

Siapa Saja Kandidat Pilpres AS 2020?

Pemilu Presiden AS akan digelar pada tanggal 3 November 2020. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan akan maju lagi sebagai kandidat dari partai Republik untuk memperjuangkan masa jabatan kedua. Sedangkan mantan wapres Joseph Robinette "Joe" Biden, Jr digadang-gadang sebagai jago dari partai Demokrat.

Arah kebijakan Trump diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari haluan yang diambilnya selama ini, ditandai dengan stimulus fiskal agresif di dalam negeri dan proteksionisme dagang di luar negeri. Konflik versus China dan berbagai negara lain juga kemungkinan akan dilanjutkan. Semua ini berlawanan dengan posisi yang akan diambil oleh kandidat presiden dari Demokrat.

Proposal kebijakan Biden mencakup pembatalan atas pemangkasan pajak yang diumumkan oleh Trump pada tahun 2017. Rencana darurat untuk penyelamatan ekonomi yang dipaparkan tim kampanyenya memprioritaskan penyaluran subsidi langsung bagi lapisan ekonomi menengah ke bawah daripada korporasi besar.

Kebanyakan pakar kini memperkirakan Biden akan menerapkan bauran kebijakan yang terdiri atas pajak lebih tinggi, pengetatan regulasi bagi korporasi, serta peningkatan batasan birokrasi demi melindungi kelestarian lingkungan dan sosial. Belum diketahui apa yang akan dilakukan Biden terkait China, tetapi ia kemungkinan bakal bersikap lebih lunak terhadap negara-negara asing demi mengembalikan pamor AS di kancah internasional.

Pilpres AS 2020

 

Kandidat Mana yang Jadi Favorit Dolar?

Bagi orang-orang di luar AS, Joe Biden menjadi pilihan yang lebih masuk akal dibanding volatilitas Donald Trump. Akan tetapi, kalangan investor dan korporat AS agaknya lebih menyukai rencana ekonomi Trump daripada Biden.

"Argumennya adalah bahwa potensi kemenangan calon presiden Demokrat atau bahkan kemenangan telak aktual akan membuka jalan bagi pajak korporat AS yang lebih tinggi dan pengawasan yang lebih ketat atas perusahaan-perusahaan teknologi yang telah berkontribusi meningkatkan cuan pasar saham AS. Ini dapat memicu pembalikan kinerja relatif ekuitas AS dibanding wilayah lain, mendorong arus modal keluar dan melemahkan USD," papar David Bloom, Kepala Riset FX Global di HSBC.

Valentin Marinov dari Crédit Agricole berpendapat senada. Katanya, "USD telah mendapatkan keuntungan signifikan dari bauran kebijakan Presiden Trump seperti stimulus fiskal agresif di dalam negeri dan proteksionisme dagang di luar negeri. Ini akan berakhir jika seorang presiden terpilih dari partai Demokrat."

 

Kandidat Mana yang Punya Peluang Menang Lebih Besar?

Dalam sebuah hasil studi yang dirilis akhir tahun lalu, JP Morgan Asset Management mencatat, "Sejarah sangat memihak petahana: Hampir tiga perempat presiden petahana berhasil terpilih kembali, dilihat dari pemilu sejak 1932. Sejak saat itu, presiden petahana tidak pernah gagal terpilih kembali kecuali jika sebuah resesi telah terjadi dalam masa jabatan mereka."

Sepintas, penilaian itu menyiratkan besarnya peluang Trump untuk terpilih lagi dalam pemilu presiden AS 2020. Namun, analis dari JP Morgan AM menambahkan, "tingkat dukungan bagi Presiden Trump lebih rendah dibandingkan tingkat dukungan bagi presiden petahana lain ketika mereka memenangkan pemilu lagi."

Elektabilitas Trump kian memburuk setelah merebaknya pandemi COVID-19. Peningkatan angka pengangguran dan kegagalan pemerintah mengendalikan penyebaran virus telah menumbuhkan ketidakpuasan masyarakat. Padahal sebelumnya pelaku pasar mengira wabah tidak akan sampai melumpuhkan AS.

Jika ditilik kembali dalam sejarah AS sejak Perang Dunia II, hanya ada tiga presiden petahana yang gagal terpilih kembali. Ketiga presiden itu adalah Gerald Ford, Jimmy Carter, dan George Bush Sr yang maju pemilu di tengah resesi. Trump bisa jadi bernasib sama dengan mereka.

Data dari mayoritas bandar judi politik online per 7 Agustus 2020 menunjukkan bahwa peluang kemenangan Trump masih lebih unggul daripada Biden. Tapi hasil survei terkait elektabilitas Biden vs Trump semakin ketat. Data YouGov dari survei 2-4 Agustus mematok probabilitas kemenangan Biden 49% dan Trump 40%. Ipsos bahkan mematok peluang Biden sampai 56% versus Trump 44%. Tingkat dukungan bagi Donald Trump versi Gallup juga sudah tumbang sampai 41% saja.

Meski demikian, tetap ada peluang hasil pilpres AS 2020 yang berlawanan dengan hasil survei awal seperti yang kita saksikan sekarang. Tengok saja dinamika pilpres AS 2016 di mana Hillary Clinton yang jadi jago polling malah keok gegara kalah dalam electoral college.

"Pemilu ini kemungkinan lebih ketat dibanding perkiraan banyak orang, sehingga mengembalikan kita (untuk mempelajari) apa yang diperhitungkan oleh pasar. Regresi Biden/Trump menyiratkan bahwa USD diperdagangkan dengan diskon moderat. Hanya sebesar 1.6 persen, tetapi mengisyaratkan bahwa pergeseran apa pun dalam hasil polling kemungkinan akan menguntungkan USD," kata Mark McCormick, Kepala Strategi FX Global di TD Securities, "Bahkan lonjakan statistik acak untuk Trump mungkin cukup untuk mengguncang posisi pasar mata uang."

 

Kesimpulan

Dari beragam fakta di atas, kita dapat menyimpulkan dua hal penting:

  1. Pelaku pasar kini semakin memerhatikan proyeksi hasil pemilu presiden AS 2020, sehingga banyak pihak akan menyoroti perkembangan dalam hasil polling kandidat pilpres.
  2. Donald Trump merupakan kandidat favorit pasar saat ini, sehingga kenaikan elektabilitasnya berpotensi memperkuat dolar AS. Sebaliknya, kenaikan dukungan bagi Joe Biden berpeluang semakin menekan dolar AS.

Hasil polling saat ini mengunggulkan Biden. Namun, bukan tidak mungkin elektabilitas Trump akan meningkat lagi jelang hari-H.

Fluktuasi proyeksi hasil pemilu presiden AS 2020 kemungkinan akan terus membayangi nilai tukar dolar AS. Untungnya hal ini justru memupus ketidakpastian lain bagi Greenback, yakni terkait kebijakan moneter Federal Reserve. Dalam upaya mempertahankan netralitas dan menghindari tuduhan partisan, The Fed kemungkinan bakal enggan mengubah kebijakan hingga pilpres AS 2020 berlalu.

Download Seputarforex App

294027

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.


Logitech
kalau saat pemilu AS, sbg trader lebih baik kita sit and wait menunggu hasil atau di tengah2 election kita trading?
A Muttaqiena
Trading saja terus. Ketidakpastian dan isu apa saja akan selalu ada di pasar. Kita nggak perlu stop trading hanya karena ada isu. Yang terpenting, sebagai trader kita harus tahu tentang isu-isu itu dan bagaimana kemungkinan dampaknya pada currency yang kita tradingkan.