EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 151.430   |   GBP/USD 1.261   |   AUD/USD 0.649   |   Gold 2,194.05/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,288.81   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   Pound Sterling menghadapi tekanan di tengah kuatnya penurunan suku bunga BoE, 30 menit lalu, #Forex Fundamental   |   Menurut analis ING, EUR/USD berpotensi menuju 1.0780 atau mungkin 1.0750 di bawah Support 1.0800. , 31 menit lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik ke dekat level 0.9060 karena penghindaran risiko, amati indikator utama Swiss, 32 menit lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD menarget sisi bawah selanjutnya terletak di area 1.2600-1.2605, 33 menit lalu, #Forex Teknikal   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

OPEC Gamang, Harga Minyak WTI Mandek Di Kisaran USD65

Penulis

Apabila OPEC melonggarkan kuota, maka surplus dapat terpacu kembali, hingga mencegah harga minyak naik lebih tinggi.

Seputarforex.com - Harga Minyak melandai lagi pada akhir pekan lalu akibat meningginya aktivitas pengeboran di Amerika Serikat serta kemungkinan peningkatan output dari negara-negara OPEC dan sekutunya. Para analis juga masih meragukan perkembangan harga minyak ke depan, karena OPEC belum memberikan kepastian mengenai apakah akan memperpanjang kesepakatan pemangkasan output atau justru melonggarkan kuota.

Bilamana OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia selaku produsen minyak terbesar dunia, setuju melonggarkan kuota, maka dapat memicu surplus yang mencegah kenaikan harga lebih lanjut. Apalagi, laju produksi minyak AS masih terus membubung.

 

OPEC

 

 

Gambaran Suram Masa Depan Harga Minyak

WTI anjlok sekitar 3 persen dalam sepekan lalu, memperparah kemerosotan nyaris lima persen yang dialami pada pekan sebelumnya. Saat berita ditulis pada awal sesi Asia hari Senin (4/Juni), harga minyak WTI telah meningkat 0.18%, tetapi masih tertambat pada harga USD65.81 per barel.

Di sisi lain, minggu lalu Brent berhasil menambal kembali sebagian kemerosotan yang dialami pada pekan sebelumnya. Brent meningkat hingga mendekati USD78, walaupun kemudian terpukul kembali ke USD76. Kini harga minyak acuan dunia tersebut diperdagangkan pada kisaran USD76.64 per barel.

"Harga minyak mentah masih berada di bawah tekanan karena pasar tetap berfokus pada diskusi diantara anggota-anggota OPEC mengenai apakah mereka akan meningkatkan produksi pada akhir tahun ini," ungkap ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters. Lanjutnya lagi, "Di Amerika Serikat, data juga menghadirkan gambaran suram. Produksi minyak mentah meningkat ke rekor baru, sementara aktivitas pengeboran naik lagi."

 

 

70,000 bph Dalam Dua Hari

Menurut Energy Information Administration (EIA), produksi minyak AS dalam bulan Maret naik ke 10,47 juta barel per hari (bph). Baker Hughes juga melaporkan adanya pertambahan 2 rig dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 1 Juni. Ini merupakan kenaikan ketujuh beruntun sehingga total oil drilling rigs di Amerika Serikat mencapai 861, tertinggi sejak Maret 2015.

Sejalan dengan meningkatnya produksi minyak AS, Hedge Funds dan manajer investasi lainnya memangkas pertaruhan mereka pada kontrak futures dan options WTI. Menurut laporan Commodity Futures Trading Commission (CFTC), para spekulator melepas 50,937 kontrak hingga menyisakan 370,980 kontrak dalam sepekan yang berakhir tanggal 29 Mei.

OPEC turut meningkatkan kekhawatiran pasar dengan mendiskusikan kemungkinan pelonggaran kuota. Arab Saudi dan Rusia dikabarkan berencana melakukan hal itu dengan tujuan untuk menutup kesenjangan yang timbul akibat anjloknya output Venezuela dan potensi dampak sanksi AS atas Iran. Menurut sebuah perkiraan yang dilansir Renaissance Capital, apabila kuota dilonggarkan, maka produsen minyak terbesar Rusia, Rosneft, bisa langsung menambah 70,000 bph dalam tempo dua hari saja.

283907
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.