Harga minyak tidak banyak berubah pada perdagangan Senin (08/Juli), seiring dengan pelaku pasar yang masih menimbang risiko global atas dampak perang dagang AS-China. Pada saat berita ini ditulis, minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $64.13 per barel, tidak jauh dari harga Open harian di $64.21 per barel. Kondisi serupa juga terjadi pada minyak WTI (West Texas Intermediate) yang saat ini berada di kisaran $57.62 per barel, melemah tipis dari harga pembukaan harian, setelah melonjak cukup signifikan pada hari Jumat pekan lalu.
"Harga minyak pada pembukaan perdagangan awal pekan terkesan sangat berhati-hati, karena (meskipun) didukung oleh (rilis data) NFP yang baik, investor masih mewaspadai prospek ekonomi global yang suram," kata Stephen Innes.
Dibayangi Perang Dagang, Disokong Geopolitik Iran
Harga minyak sejatinya masih tertekan oleh perang dagang AS-China yang hingga kini belum menemukan jalan penyelesaian. Kabar terbaru menyebutkan bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, telah mengkonfirmasi pertemuan antara perwakilan dagang AS dan China dalam beberapa minggu mendatang, untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan.
Di sisi lain, harga minyak juga berpotensi menguat karena masih akan mendapat sokongan dari gejolak geopolitik di Timur Tengah. Pasalnya, Iran mengatakan pada hari Minggu (07/Juli) bahwa pihaknya akan segera meningkatkan pengayaan uraniumnya di atas batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir 2015. Hal ini pun semakin meningkatkan tensi geopolitik AS-Iran yang belakangan kembali tersulut karena insiden penyerangan kapal tanker dan penembakan drone AS.
Namun menurut, Edward Moya, analis pasar senior OANDA, kekhawatiran terhadap risiko perang dagang akan lebih mendominasi, mengingat ketegangan di Iran sudah tak setinggi beberapa waktu lalu.
"Risiko geopolitik di awal pekan tetap berlimpah, tapi kami melihat kekhawatiran pasar terhadap Iran sudah jauh berkurang, sehingga berpotensi menekan kembali harga minyak," kata Edward Moya,