EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,326.50/oz   |   Silver 27.41/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 8 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 8 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 8 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 8 jam lalu, #Saham AS

Pelantikan Donald Trump Garisbawahi Kelemahan Dolar

Penulis

Pidato pertama pasca pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS pada hari Jumat menggarisbawahi kebijakan America First, tanpa memberikan rincian kebijakan.

Seputarforex.com - Indeks Dolar melemah di perdagangan awal pekan hari Senin pagi ini (23/1), melandai dari pembukaan di 100.690 ke 100.440 saat berita ditulis. Investor mengunci keuntungan yang telah didapatkan dari kenaikan Dolar beberapa waktu belakangan, sementara masih menunggu detail stimulus fiskal yang dijanjikan Presiden AS Donald Trump tetapi tak disampaikannya dalam pidato pasca pelantikan.

 

Pelantikan Donald Trump

 

Hanya Ulangi Pernyataan Lama

EUR/USD menanjak sekitar 0.25% ke $1.0744, level tertinggi sejak 8 Desember 2016. USD/JPY ambruk dari atas kisaran 114an ke 113.62. Sedangkan GBP/USD menanjak ke 1.2414. Pergerakan pair-pair mayor tersebut berkontribusi dalam menjorokkan Dolar.

Pidato pertama pasca pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS pada hari Jumat menggarisbawahi kebijakan "America First"-nya, tanpa memberikan proposal detail mengenai rencananya untuk menggenjot pertumbuhan, peningkatan belanja infrastruktur, maupun pengurangan pajak. Hal itu membuat investor kecewa berat.

Apalagi, inaugurasi Trump disertai dengan protes massal di berbagai kota di Amerika Serikat dengan jumlah demonstran mencapai ratusan ribu orang, berkali lipat lebih besar ketimbang hadirin rangkaian acara inaugurasinya sendiri.

Pada hari Minggu, Presiden AS ke-45 tersebut pun menyatakan bahwa ia akan segera melakukan diskusi dengan kepala negara Kanada dan Meksiko guna negosiasi ulang North American Free Trade Agreement (NAFTA). Pihaknya juga mengulangi kembali niat untuk mengundurkan diri dari pakta perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP).

"Trump belum mengatakan hal baru apapun dan belum melakukan apapun, jadi orang-orang wait and see," ujar Kaneo Ogino, direktur perusahaan riset forex Global-info Co di Tokyo, "Kami belum melihat kebijakan seperti apa yang sebenarnya akan diikutinya."

Ogino menambahkan bahwa perdagangan forex pekan ini kemungkinan akan cukup sepi sehubungan dengan persiapan sebagian investor untuk merayakan liburan Lunar New Year.

 

Transisi Dari Gairah Kemenangan Ke Sulitnya Kepemimpinan

Data dari Commodity Futures Trading Commission untuk periode yang berakhir tanggal 17 Januari menunjukkan bahwa para spekulator mengurangi pertaruhan mereka pada Dolar AS di pekan kedua berturut-turut. Setelah reli tajam pasca terpilihnya Trump pada Pilpres November, Dolar memasrahkan lagi sebagian kenaikannya akibat kuatnya ketidakpastian seputar kebijakan ekonomi ke depan.

"Ketika Donald Trump memenangkan pemilu presiden AS, pasar girang akan kemenangannya dan licinnya jalan menuju stimulus fiskal beserta kebijakan infrastruktur, perdagangan, dan pajak transformatif, " papar pakar dari Morgan Stanley dalam sebuah catatan untuk klien-nya, "Seiring dengan diambilnya sumpah Trump, kita bertransisi dari gairah kemenangan ke sulitnya kepemimpinan."

Polling Reuters yang dipublikasikan hari Senin menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang meyakini baik Trump maupun PM Shinzo Abe ingin melihat Yen melemah signifikan, sebuah perkembangan yang dikhawatirkan bakal memicu imbas politik tak menyenangkan. Dalam polling bulanan atas 531 perusahaan besar dan menengah, 73 persen responden memperkirakan Trump takkan mentolerir kenaikan Dolar lebih dari 120 yen, sedangkan 90 persen memandang 125 yen sebagai ambang batas toleransi.

277286
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.