Seputarforex - Pound sterling merosot nyaris 0.3 persen ke kisaran 1.3795 terhadap dolar AS pada pertengahan sesi Eropa hari Kamis (1/Juli), setelah Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Andrew Bailey menyampaikan pidato bernada dovish. Sterling juga terpantau melemah terhadap euro, serta terhalang dari upaya rebound lanjutan terhadap yen.
Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com
Andrew Bailey mengatakan bahwa para pengambil kebijakan sebaiknya tidak bereaksi berlebihan terhadap lonjakan "temporer" dalam inflasi. Ia berpendapat sebagian dari lonjakan inflasi baru-baru ini berasal dari efek dasar yang muncul seiring dengan dilonggarkannya aturan-aturan lockdown virus Corona, dan efek-efek itu tidak akan bertahan lama.
"Penting untuk tidak bereaksi berlebihan pada inflasi dan pertumbuhan kuat yang hanya sementara, untuk memastikan bahwa pemulihan tidak ditekan oleh pengetatan kondisi moneter yang prematur," kata Bailey.
Pendapat Bailey meredam spekulasi "BoE berpeluang menaikkan suku bunga lebih cepat" yang sempat beredar di sejumlah kalangan. Ia juga menampik kekhawatiran tentang inflasi yang diungkapkan salah satu rekan kerjanya, Andy Haldane.
Pada hari Rabu, Haldane mengatakan bahwa ia memperkirakan inflasi akan naik sampai 4 persen pada akhir tahun. Sedangkan Bailey menegaskan bahwa prakiraan bank sentral untuk inflasi tetap memuncak pada 3 persen, lalu menurun ke target BoE (2 persen) pada tahun depan. Selain itu, Bailey menilai bahwa meski perekonomian Inggris rebound sangat cepat saat ini, tetapi pertumbuhan tahun 2022 bakal lebih lambat.
Bailey menyatakan pihaknya akan memantau pergerakan harga-harga dengan hati-hati selama beberapa bulan mendatang, dan akan merespons cepat jika dibutuhkan. Ia mencatat tekanan kenaikan harga tampak menguat pada bahan-bahan baku. Jika kenaikannya semakin kencang, bank sentral siap menanggapi dengan instrumen kebijakan yang ada.