Seputarforex.com - Dolar AS terpukul di sesi perdagangan Asia, Selasa (18/Jul) pagi ini, setelah RUU health-care (layanan kesehatan) yang diusung oleh Presiden AS, Donald Trump, kembali gagal mendapat dukungan dari anggota Partai Republik. Rancangan undang-undang yang dimaksudkan oleh Trump untuk menggantikan Obamacare--sehingga dijuluki Trumpcare-- tersebut kembali mendapatkan penolakan.
Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya, memperpanjang penurunannya ke level 94.818 dari 95.151. Indeks ini merupakan yang terlemah sejak bulan September tahun lalu.
Dua orang lagi dari Partai Republik, pada hari Senin kemarin, menyatakan bahwa mereka akan menentang RUU health-care yang diajukan oleh Trump. Dengan demikian, total jumlah senator yang didapat agar RUU dapat digodok menjadi UU, jelas tidak memenuhi persyaratan.
Partai Republik memang sedang merampungkan urusan RUU health-care terlebih dahulu sebelum beralih ke reformasi pajak, karena biaya health-care pendahulunya, Obamacare, dianggap sangat besar. Jika berhasil dipangkas, maka reformasi pajak diharapkan bisa berjalan mulus.
Agenda Lain Akan Tertunda Juga
Para analis menganggap penolakan RUU Layanan Kesehatan ini akan menimbulkan efek domino penundaan pada agenda-agenda besar Partai Republik lainnya. USD/JPY tergerus ke level 112.15 dari level 112.70 setelah laporan tersebut. Sedangkan EUR/USD, melesat naik ke level 1.1531 dari 1.1470 dan menjadi level yang tertinggi sejak bulan Mei 2016.
Setali tiga uang, AUD/USD juga melambung ke level tertinggi sejak pertengahan tahun 2015, yakni di posisi 0.7873. Pair mata uang yang bahkan mengalami kemerosotan tajam di awal sesi perdagangan Asia hari ini, NZD/USD, langsung menghapus loss-nya dan melejit melebihi level sebelumnya.
Menurut Stephen Innes, trader senior di OANDA, headline ini membawa implikasi besar atas ketangguhan Obamacare (bagaimana sulitnya mengamandemen undang-undang tersebut), serta berbuntut pada timbulnya keraguan akan terlaksananya reformasi pajak. "Ekuitas futures goyah, dolar AS pun dilanda sell-off. Emas melejit dan kembali menjadi aset menggiurkan di tengah risiko politik yang merebak."