EUR/USD 1.065   |   USD/JPY 154.410   |   GBP/USD 1.244   |   AUD/USD 0.642   |   Gold 2,382.71/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,087.32   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 41 menit lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 42 menit lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 6 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 6 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 6 jam lalu, #Saham AS

Suku Bunga The Fed Naik 75 Bps, Dolar AS Justru Melemah

Penulis

Kenaikan suku bunga The Fed malah diikuti dengan aksi jual atas dolar AS. Kurs GBP/USD dan AUD/USD membukukan kenaikan paling besar di antara major pairs.

Seputarforex - Rapat kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) tadi malam menghasilkan keputusan untuk menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin sekaligus, jauh lebih tinggi daripada estimasi konsensus yang sebesar 50 basis poin. Kejutan hawkish ini justru diikuti dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY). Saat berita ditulis pada awal sesi Asia (16/Juni), DXY melanjutkan penurunan pada kisaran 104.74-an.

DXY DailyGrafik DXY Daily via TradingView

Ketua The Fed Jerome Powell menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga The Fed tertinggi sejak tahun 1994 ini diperlukan guna menanggulangi kenaikan inflasi Amerika Serikat yang berkelanjutan. Ia juga mengisyaratkan niat untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dalam periode mendatang.

Pernyataan The Fed secara umum tetap bernada hawkish. Lantas, mengapa kurs dolar AS justru ambruk? Para analis mengutip sejumlah faktor, mulai dari aksi ambil untung hingga pesimisme seputar kondisi ekonomi ke depan. Pasalnya, kenaikan inflasi yang beriringan dengan suku bunga semestinya kian membebani masyarakat.

Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Businss Solution, mengatakan kepada Reuters, "Dolar AS sebagian besar tunduk pada dinamika 'buy the rumor, sell the fact' setelah keputusan (suku bunga) The Fed."

Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, menuding pernyataan tambahan Powell dalam konferensi pers sebagai biang kerok aksi jual atas dolar AS. Pada saat itu, Powell mengatakan bahwa ia memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin tak akan lazim terjadi.

"Pada akhirnya, Powell gagal mengungguli ekspektasi hawkish pasar," kata Schamotta, "Para trader beralih ke mata uang-mata uang dari bank-bank sentral yang kemungkinan akan mengikuti keputusan kenaikan suku bunga The Fed hari ini (15 Juni 2022) dengan langkah agresif mereka sendiri."

Kurs GBP/USD dan AUD/USD membukukan kenaikan paling besar di antara major pairs. Di sisi lain, dolar AS mempertahankan dominasinya terhadap yen Jepang yang terkekang oleh suku bunga super-rendah BoJ.

Rapat Bank of England (BoE) dalam beberapa jam ke depan kemungkinan akan menghasilkan kenaikan suku bunga Inggris sebesar 25 atau 50 basis poin. Akan tetapi, sejumlah analis menyangsikannya karena data GDP Inggris terbaru menunjukkan perlambatan signifikan pada bulan April 2022. Kebangkitan kisruh protokol Irlandia Utara juga melahirkan risiko perang dagang versus Uni Eropa dan membebani sterling.

Kurs EUR/USD mendaki ke kisaran 1.0460-an pada awal sesi Asia, setelah sempat mengalami volatilitas tinggi pada sesi Eropa dan New York sebelumnya. Gejolak euro terpicu oleh rapat dadakan yang digelar oleh European Central Bank (ECB). Hasil rapat ECB yang disampaikan beberapa jam sebelum pengumuman The Fed itu merinci sejumlah langkah untuk menanggulangi risiko fragmentasi.

Risiko fragmentasi adalah selisih suku bunga antar negara anggota yang dapat menghambat penerapan kebijakan ECB ke depan. Risiko mencuat akibat melebarnya selisih yield obligasi pemerintah Jerman dengan negara-negara "tukang ngutang" seperti Italia dan Yunani, di mana yield sejumlah negara bahkan melonjak hingga melampaui fundamental ekonominya. ECB akan membuat instrumen kebijakan baru untuk mengatasinya, serta mengarahkan reinvestasi obligasi yang telah jatuh tempo ke negara-negara berutang lebih besar.

Download Seputarforex App

297825
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.