EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,328.78/oz   |   Silver 27.40/oz   |   Wall Street 37,847.97   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 13 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 13 jam lalu, #Saham AS

Nomura: Inilah 7 Negara Berkembang Yang Terancam Krisis Nilai Tukar

Penulis

Nomura Holding Inc. mengembangkan model penelitian Damocles, untuk mengidentifikasi gejala krisis nilai tukar mata uang yang sedang mengintai negara-negara berkembang.

Seputarforex,com - Tujuh negara berkembang sedang terancam krisis nilai tukar mata uang. Nomura Holding Inc, bank dan lembaga finansial terbesar asal Jepang, menyebutkan bahwa Sri Lanka, Afrika Selatan, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina patut mewaspadai risiko ini.

 

nomura

 

Damocles Sebagai Model Pengidentifikasi Krisis Nilai Tukar

Penemuan Nomura tersebut dibuat berdasarkan sebuah model peringatan dini - Damocles - yang dirancang sedemikian rupa untuk mengindentifikasi krisis nilai tukar bagi 30 negara ekonomi berkembang. Model tersebut menguji beraneka faktor seperti cadangan devisa, level utang suku bunga, dan import cover.

Menurut para analis Nomura, Damocles telah memprediksi dua pertiga dari 54 krisis nilai tukar di negara maju sejak tahun 1996, dan bisa mengukur prospek situasi sampai dengan 12 bulan ke depan.

Indeks ini memiliki nilai parameter antara 0 hingga 200. Jika skor suatu negara sudah melampaui angka 100, maka kerentanannya terhadap krisis sudah mencapai level waspada. Untuk negara yang skornya sudah melebihi 150, maka krisis diperkirakan bisa terjadi kapan saja dalam jangka waktu 12 bulan ke depan.

Menurut hasil pengukuran Nomura, Sri Lanka menjadi negara paling berisiko dengan skor 175. Hal itu karena kondisi keuangan negara tersebut masih rapuh, begitu pula dengan posisi eksternal dan stabilitas politik domestiknya. Di posisi kedua, ada Afrika Selatan dan Argentina yang masing-masing mengumpulkan skor 143 dan 140.

Berikut adalah grafik lebih lengkap tentang 30 negara berkembang yang diukur oleh indeks Damocles dari Nomura:

Indeks Damocles dari Nomura

 

Meski demikian, hasil pengukuran indeks Damocles sebaiknya hanya digunakan sebagai referensi tambahan, karena masih ada faktor-faktor yang tidak dipertimbangkan dalam perhitungan indeks tersebut.

"Hasil yang telah kami capai cukup mencengangkan, tetapi mengingat adanya batasan inheren dari sebuah sistem peringatan dini, maka tidak perlu terlalu membuat klaim berlebihan," kata analiis Nomura.

 

Negara-Negara Berkembang Dengan Risiko Paling Rendah Dari Krisis Nilai Tukar

Di samping negara dengan risiko tertinggi, ada pula delapan negara berkembang lain yang justru berisiko paling rendah mengalami krisis nilai tukar mata uang. Menurut Robert Subbaraman, analis Nomura Singapura yang menjabat sebagai Ahli Pasar Negara Berkembang, kedelapan negara tersebut adalah Brazil, Bulgaria, Indonesia, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand.

"Ini adalah hasil (penelitian) yang penting," tulis analis Nomura, Senin (10/September) kemarin. "Sehubungan dengan meningkatnya fokus investor terhadap risiko negara berkembang, penting untuk tidak memukul rata semua negara berkembang dalam satu kelompok homogen. (Karena itu) Damocles (juga) menyoroti daftar panjang negara-negara yang memiliki risiko sangat rendah dari terpaan krisis."

285234
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.