Pengalaman Trading For Living Vs Investasi Lainnya
Pemula
Berbicara mengenai trade for living, sebenarnya istilah ini bukanlah sebuah istilah biasa. Tidak semua orang bisa mengaplikasikan dan menerapkan istilah tersebut. Untuk menerapkannya tidaklah mudah mengingat pasar forex memiliki tingkat resiko yang paling besar jika dibandingkan dengan instrument investasi lainnya. Oleh karena itu, istilah “trade for living” ini sebenarnya lebih cocok digunakan sebagai gelar kehormatan bagi seseorang (trader) yang sudah melewati/mengarungi dalamnya pasar forex dan masih bisa bertahan hidup (dari segi finansial) hingga saat ini.
Dengan kata lain, istilah trade for living ini cocok untuk para trader yang sudah bisa meraih profit konsisten selama bertahun-tahun. Kenapa demikian? Karena untuk membangun sebuah kesuksesan bertrading dibutuhkan ketangguhan mental, konsistensi & ketekunan dalam mempelajari pasar forex, dan tentunya harus bisa membentuk mindset/pola pikir trading dengan benar. Dan hal tersebut tentu tidak bisa diraih dengan mudah dan cepat. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa frasa “trade for living” ini lebih cocok digunakan sebagai achievement bagi seseorang yang telah berhasil bertahan hidup dalam mengarungi ganasnya pasar forex.
Jika kita masih dalam tahap pemula, maka sebaiknya kita tidak perlu terlalu berambisius (terlebih untuk mencapai/mengejar agar bisa trade for living) dalam bertrading. Jika sudah bisa mempertahankan modal awal agar tidak tergerus dalam beberapa kali trade saja, itu sudah terbilang sangat bagus untuk skala pemula. Jika benar-benar ingin berada pada tingkatan trade for living, maka anda harus mempunyai modal (baik materi, kesabaran, psikologi dan mental) yang mumpuni.
Dari segi modal, anda tentu harus punya dana cadangan yang cukup agar bisa bertahan dalam pasar forex. Karena resiko dalam pasar forex yang tidak menentu bisa menyebabkan anda kehilangan modal dalam waktu yang singkat. Itulah sebabnya anda diharuskan punya cadangan modal yang cukup untuk bertahan dalam pasar forex. Modal yang cukup ini bisa datang dari berbagai sumber. Misalnya dari gaji/penghasilan pekerjaan utama atau penghasilan dari investasi lainnya. Jadi jika anda belum berada pada tingkatan trade for living, maka saran saya jangan sesekali berani untuk melepaskan sumber pendapatan utama yang anda miliki.
Sedangkan dari segi psikologi, dibutuhkan mental baja yang tidak mudah menyerah. Karena ketika anda dilanda kehancuran, maka pilihannya cuma ada dua yakni berhenti atau tetap berjuang. Banyak trader-trader sukses diluar sana yang tentu sudah pernah melalui banyaknya kegagalan. Artinya apa? Kesuksesan akan datang bersama orang-orang yang tidak mudah menyerah. Dan yang terpenting adalah kesabaran. Sabar dan tekun adalah kuncinya. Karena pencapaian untuk menuju trade for living membutuhkan waktu yang tidak sebentar, maka tentu kita harus mempunyai jiwa ulet, tekun dan sabar.
Akhir kata, istilah trade for living adalah sebuah tingkatan/pencapaian akhir yang bisa dicapai oleh trader. Dan achievement ini tidak bisa diclaim dengan sendirinya, melainkan harus melalui pengakuan orang lain. Sama halnya dengan kesuksesan, kita tidak bisa menganggap diri kita adalah orang yang paling sukses kecuali jika orang lain memandang kita sebagai orang yang sukses.
Ya emang bener sih, gaji tuh ada hubungannya juga sama kebiasaan orang nabung/invest. Klo gaji kecil buat kebutuhan sehari2 aja mepet giman mau nyisihin buat nabung. Masalahnya juga standar gaji negeri wakandah ini kecil banget. Semoga cepet kelar deh bubble gaji ini.
@ Herman:
- … Kira2 yg bisa bikin beda culture/budaya investasi masyarakat tiap negara apa ya selain faktor salary?
Maaf, saya tidak mengerti maksud pertanyaan Anda. Apa hubungannya dengan salary?
- … Kayaknya org2 Singapore tuh ada aja duitnya klo buat invest. Di Indo susah bener klo UMR apalagi sandwich gen.
Menurut saya tidak benar. Di Indonesia banyak orang yang berduit dan melakukan investasi. Kebanyakan memang di sektor properti, tetapi banyak juga yang invest di emas. Memang untuk invest di saham mungkin tidak banyak. Tetapi tidak ada hubungannya dengan UMR Pak, wong invest saham kalau cuman 1 lot (100 lembar) nggak mahal kok, cari saham yang murah juga banyak kok.
Jawaban untuk Herman: Frasa trading for living sering muncul di Indonesia karena digalakkan oleh para marketing broker dan prop firm. Namun, justru makin jelas terlihat bahwa yang menerima pesan ini sebagian besar adalah orang-orang yang ingin kaya cepat dan berlindung di bawah frasa "trading for living".
Mengenai salary di Indonesia memang terbilang cukup rendah jika dibandingkan dengan Singapura namun diimbangi juga dengan biaya hidup yang tinggi disana.
Menurut saya pribadi, perbedaan culture budaya investasi antar negara terjadi karena 2 hal, yakni literasi keuangan masyarakat dan ketatnya pengawasan dari regulator. Anda bisa melihat dengan kontras seberapa jauh gap dari 2 hal ini.
Kategori Pemula
Pertanyaan | Penanya | Balasan | Dilihat | Aktivitas |
Apa Hubungan Stop Out Dan Margin Call? | Fajar Hendrick B | 20 | 19522 | 2015 |
Darimana Asal Keuntungan Trader? | Jumardi | 20 | 14207 | 2016 |
Pemula ingin gabung forex? | Rozi | 20 | 5812 | 2016 |
Beda Akun Cent Dan Micro? | Rendi Supratman | 19 | 41480 | 2015 |
Bank Statement Yang Diminta Broker Itu Seperti Apa? | Mahmud | 18 | 32079 | 2015 |
Siapa Yang Membuat Harga Bergerak? | Syuhada | 18 | 16658 | 2016 |