Menu

COVID Tidak Kunjung Reda, Retail Sales China Ambruk

Pandawa

Pembatasan beberapa kota utama China akibat COVID varian Omicron telah memukul sektor konsumsi yang menyebabkan penjualan ritel merosot tajam pada bulan April.

Seputarforex - Pada hari Senin (16/Mei), Biro Statistik Nasional China merilis data Retail Sales yang merosot 11.1 persen secara tahunan (Year-over Year) pada bulan April. Penurunan ini lebih dalam ketimbang ekspektasi penurunan 6.6 persen, sekaligus melanjutkan trend buruk dari periode bulan sebelumnya.

Pembatasan COVID yang diterapkan pada beberapa kota utama China seperti Shanghai dan Beijing telah berimbas negatif terhadap sektor konsumsi. Penurunan penjualan ritel bulan lalu bahkan menjadi yang terburuk sejak penurunan 15.8 persen pada Maret 2022, yakni ketika pandemi COVID baru merebak.

 

Output Pabrik China Turun, Investasi Melambat

Tanda-tanda perlambatan ekonomi China di awal kuartal kedua semakin jelas. Selain dari laporan penjualan ritel yang kian mengecewakan, data Industrial Production (Output Pabrik) turun 2.9 persen secara tahunan pada bulan April. Penurunan ini cukup mengejutkan karena berada di bawah ekspektasi kenaikan 0.4 persen, dan merosot cukup jauh dari kenaikan 5.0 persen pada bulan Maret.

Lebih lanjut, sektor investasi China juga mengalami perlambatan. Data Investasi Aset Tetap (Fixed Asset Investment) dilaporkan naik 6.8 persen saja atau meleset dari proyeksi kenaikan 7.0 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan 9.3 persen di bulan sebelumnya, maka sangat jelas bahwa sektor investasi dan bisnis China mengalami perlambatan cukup drastis.

Di sektor ketenagakerjaan, pembatasan COVID yang terjadi sejak Maret membuat banyak perusahaan melakukan PHK terhadap pekerja. Kondisi ini tak ayal menyebabkan naiknya tingkat pengangguran China dari 5.8 persen menjadi 6.1 persen pada bulan April.

"Wabah Covid yang terjadi pada bulan April memiliki dampak besar terhadap perekonomian China, tetapi kami memperkirakan dampaknya bersifat jangka pendek dan eksternal," ungkap Fu Linghui, juru bicara NBS dalam sebuah catatan.

Secara garis besar, China sedang berjuang melawan wabah COVID Omicron juga berusaha mencapai target pertumbuhan ekonomi yang solid dengan cara menstabilkan penciptaan lapangan kerja. Tetapi, kebijakan yang menargetkan nol kasus COVID, turbulensi harga komoditas dunia, dan kenaikan suku bunga The Fed akan menjadi tantangan besar bagi China untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 5.5 persen di tahun 2022.

"Aktivitas ekonomi China bulan April 2022 mengalami kontraksi terparah sejak kuartal pertama 2020 atau saat gelombang pertama COVID. Lockdown Shanghai yang berlarut-larut menyebabkan terhambatnya rantai pasokan domestik," kata Tommy Wu, ekonom utama China di Oxford Economics.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE