Menu

Dianggap Terlalu Mahal, Pound Dilanda Aksi Jual

A Muttaqiena

Depresiasi pound terpicu oleh kenaikan yield obligasi AS dan penguatan USD, selain juga karena sejumlah analis menilai pound sudah overvalued.

Seputarforex - Poundsterling menderita penurunan paling parah tahun ini dalam 24 jam terakhir. GBP/USD rontok lebih dari 100 pips, sementara EUR/GBP melonjak lebih dari 1 persen. Depresiasi terpicu oleh kenaikan yield obligasi AS dan penguatan USD, selain juga karena sejumlah analis menilai pound sudah overvalued.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Sentimen investor memburuk, terlihat dari jatuhnya bursa saham global serta melonjaknya yield obligasi AS dan Eropa. Yield obligasi AS bertenor 10, 7, dan 5 tahunan kompak meroket; sementara lelang obligasi US Treasury bertenor 7-tahunan pada hari Kamis kehilangan peminat. Situasi ini berdampak negatif bagi poundsterling yang pergerakannya semakin identik dengan tren saham dan aset high risk lain sejak peresmian Brexit.

Kenaikan yield obligasi menandakan bahwa investor khawatir inflasi akan naik tajam dalam bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang, sehingga mendorong bank sentral membatalkan rencana mereka mempertahankan kebijakan moneter longgar. Padahal, stimulus moneter itu lah yang mendorong kenaikan bursa saham global ke tingkat tertinggi pasca-pandemi dan menarik investor membeli aset-aset high risk.

"Sang safe haven USD merespons sesuai ekspektasi dalam skenario risk-off... meningkat dengan kuat lintas pasar, memandu penurunan pada mata uang berisiko (CAD, AUD, & GBP)," kata Eric Bregar, Kepala Strategi FX di Exchange Bank of Canada, "Mata uang-mata uang pendana (EUR & JPY) juga jatuh vs USD, tetapi unggul pada pasangan cross (sehingga EUR menguat terhadap GBP -red)."

"Euro berada di atas GBP dalam peringkat mata uang safe haven," ungkap Robert Howard, analis pasar Reuters.

Sebelum kejatuhan poundsterling kemarin, para analis dari HSBC dan Rabobank lain telah mengekspresikan kesangsian mereka terhadap reli GBP/USD hingga ke atas 1.41. Mereka beranggapan pound menjadi terlalu mahal, karena sejumlah masalah yang mendasari fundamental mata uang ini.

Meski program vaksinasi Inggris terbilang sukses, tapi kinerja ekonomi masih jauh dari ekspektasi dan bahkan belum sebaik AS. Sisa-sisa masalah terkait Brexit yang belum rampung juga mulai mencuat satu per satu. Selain itu, walau bank sentral Inggris (BoE) telah menepis spekulasi suku bunga negatif, tetapi tingkat bunga forward Inggris tetap selaras dengan tingkat bunga negara-negara G10 lain (khususnya AS). Rencana pelonggaran lockdown Inggris berpotensi mendukung bias bullish pound, tetapi hanya jika pemerintah Inggris bersedia meneruskan penyaluran stimulus fiskalnya.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE