Menu

Dolar AS Tangguh Di Tengah Temuan Mutasi Virus Lebih Mematikan

A Muttaqiena

Sentimen risk-on mulai goyah dan menstabilkan posisi dolar AS, meski mayoritas mata uang mayor lain masih lebih unggul berkat ekspektasi stimulus fiskal Biden.

Seputarforex - Virus COVID-19 kembali menebar fear di kalangan investor dan trader. Indeks dolar AS (DXY) mencuat tipis sekitar 0.2 persen pada kisaran 90.20-an dalam perdagangan hari ini (25/Januari) berkat memudarnya minat risk-on. Meski demikian, mayoritas mata uang mayor lain masih unggul versus Greenback lantaran ekspektasi stimulus fiskal tambahan dari Presiden AS Joe Biden yang bakal berdampak bearish bagi USD.

Data PMI Zona Euro dan Inggris menunjukkan penurunan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada bulan Januari, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap dampak susulan pandemi COVID-19. Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson pada hari Jumat mengatakan ada bukti bahwa varian COVID-19 baru yang ditemukan akhir tahun lalu ternyata 30% lebih mematikan.

"Kami telah diberitahu hari ini bahwa selain menyebar lebih cepat, tampaknya sekarang ada sejumlah bukti bahwa varian baru -varian yang ditemukan pertama kali di London dan (England) tenggara- bisa jadi berhubungan dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi," ungkap Johnson. Ia menambahkan bahwa varian virus COVID-19 berjuluk B.1.1.7 itu dapat dicegah secara efektif oleh vaksin dari Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca-Oxford University yang dipakai dalam program vaksinasi Inggris.

Menanggapi kabar buruk tersebut, beberapa negara Uni Eropa berencana untuk semakin memperketat lockdown di wilayah masing-masing. Inggris juga tengah mempertimbangkan kontrol perbatasan yang lebih ketat.

Rangkaian berita ini menjadi alasan bagi sebagian pelaku pasar untuk menutup sejumlah posisi short pada dolar AS. Apalagi data CFTC AS hari Jumat menunjukkan posisi short neto pada USD sudah mencapai rekor terbesar sejak Mei 2011, sehingga membuka peluang koreksi bullish jangka pendek.

Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa, upaya rebound EUR/USD macet pada kisaran 1.2175-an. Selain karena buruknya data-data PMI dan kabar varian virus yang lebih mematikan, pasar juga kembali menyoroti instabilitas politik di Roma.

PM Italia Giuseppe Conti berhasil lolos dari kontestasi mosi tak percaya yang dihadapinya pekan lalu . Hal itu menghindarkan Italia dari ancaman pemilu dini dan sempat berkontribusi melambungkan euro. Akan tetapi, ia gagal merayu partai-partai lain untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan minoritasnya.

"Dikarenakan Conte menang voting, pembubaran parlemen dan pemilu tidak mungkin (terjadi)," kata Makoto Noji, kepala strategi mata uang di SMBC Nikko Securities, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "(Tapi) reli pasar saham selama pandemi ini sangat tergantung pada ekspansi fiskal dan monetisasi utang oleh bank-bank sentral. Instabilitas politik dapat menunda kebijakan fiskal."

Kontras dengan situasi benua Eropa, pelaku pasar lebih meyakini prospek peluncuran stimulus fiskal tambahan senilai USD1.9 triliun oleh Presiden AS Joe Biden. Masih ada ketidakpastian tentang apakah stimulus itu akan memperoleh dukungan bipartisan memadai untuk disahkan oleh Parlemen AS, tetapi optimisme masih cukup tinggi.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE