Menu

GDP China Melambat, Retail Sales Tetap Solid

Pandawa

Perlambatan ekonomi China tidak terlepas dari kemerosotan pasar properti, krisis energi, hingga masalah kenaikan harga bahan baku yang menekan permintaan pasar.

Seputarforex - Pada hari Senin (18/Oktober), Biro Statistik Nasional China mempublikasikan data GDP China yang tumbuh 4.9 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada kuartal ketiga 2021. Angka ini merosot dibandingkan pertumbuhan 7.9 persen pada kuartal sebelumnya, dan berada di bawah ekspektasi pertumbuhan 5.2 persen.

Perlambatan GDP China sebenarnya tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi buruk. Pasalnya, penurunan ini lebih disebabkan oleh koreksi dari rebound tajam di kuartal pertama. Sekalipun begitu, analis tetap mewaspadai risiko global maupun domestik yang bisa mengancam laju pemulihan ekonomi China ke depan.

"Perekonomian nasional secara keseluruhan mempertahankan momentum pemulihan sepanjang tiga kuartal tahun ini… Namun, perlu dicatat bahwa ketidakpastian yang terjadi pada lingkup internasional dan pemulihan ekonomi domestik yang belum merata menjadi tantangan yang dihadapi saat ini," ungkap Fu Linghui, juru bicara NBS dalam sebuah catatan.

 

Retail Sales Naik, Data Ekonomi Lain Melambat

Dalam rilis terpisah, data Retail Sales China dilaporkan meningkat 4.4 persen dalam basis tahunan pada bulan September, lebih tinggi dari kenaikan 2.5 persen pada bulan sebelumnya. Namun jika diperhatikan secara garis besar, trend penjualan ritel China terus melandai dalam beberapa bulan ini. Hal itu terjadi karena sentimen konsumen China yang baru-baru ini terus mengalami kemerosotan.

Sementara itu, Industrial Production China melambat dari 5.3 persen menjadi 3.1 persen pada bulan September. Perlambatan ini tidak terlepas dari kenaikan harga bahan baku yang membuat biaya produksi semakin mahal dan menurunkan permintaan pasar.

Investasi Aset Tetap turut mengalami perlambatan dari 8.9 persen menjadi 7.3 persen, sementara data tingkat pengangguran (Unemployment Rate) justru menurun 0.2 persen menjadi 4.9 persen pada bulan September.

Secara garis besar, ekonomi China sendiri sebenarnya telah menorehkan kinerja sangat impresif tahun ini. Laju pemulihan bahkan tercatat jauh lebih tinggi ketimbang negara anggota G20 lainnya. Akan tetapi, ekonomi China berpotensi menghadapi berbagai risiko dari kemerosotan pasar properti, krisis energi, lemahnya sentimen konsumen dan kenaikan harga bahan baku global.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE