Menu

GDP China Melesat Di Tengah Risiko Finansial

Pandawa

Lonjakan data GDP China dibarengi dengan kenaikan penjualan ritel dan investasi aset tetap. Namun, perekonomian China tengah dibayangi oleh risiko finansial.

Seputarforex - Pada hari Jumat (16/April), Biro Statistik Nasional China mempublikasikan data GDP yang meningkat sebesar 18.3 persen (Year-over-Year) pada kuartal pertama. Angka ini melonjak tajam dibandingkan pencapaian 6.5 persen pada kuartal sebelumnya. Akan tetapi, hasil tersebut gagal memenuhi ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hingga 19 persen.

Pemulihan kondisi ekonomi China selama kuartal pertama tidak hanya tampak pada laporan GDP, tetapi juga rilis data ekonomi lain seperti Investasi Aset Tetap (Fixed Asset Investment) yang meningkat sebesar 25.6 persen secara Year-to-Date pada bulan Maret.

Sementara itu, Penjualan Ritel (Retail Sales) dilaporkan mengalami kenaikan signifikan sebesar 34.2 persen. Angka ini mengungguli forecast kenaikan 28 persen dan menguat dari pencapaian 33.8 persen pada bulan sebelumnya.

Untuk output industri, China mencatat kenaikan sebesar 14.1 persen di bulan Maret. Meski turun dari kenaikan 35.1 persen pada bulan Februari, angka kali ini tetap mencerminkan geliat sektor manufaktur yang kokoh pada kuartal pertama tahun ini.

"Perekonomian China memulai tahun 2021 dengan pencapaian yang positif, terutama karena didukung oleh penjualan ritel dan investasi yang meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir… Ke depan, titik fokus yang harus dicermati adalah bagaimana mempertahankan momentum pertumbuhan dan mengelola risiko finansial," kata Marco Sun, kepala analis valas MUFG Bank di Shanghai.

Di tengah pemulihan yang menjanjikan, risiko finansial dikhawatirkan menimbulkan dampak buruk terhadap outlook ekonomi China ke depan. Ironisnya, hal ini disebabkan oleh intervensi pemerintah tahun lalu yang mengucurkan kredit murah untuk merangsang perekonomian.

Otoritas berwenang China baru-baru ini telah merespon risiko finansial tersebut. Karena pasar properti berpotensi mengalami overheating, bank-bank diminta memangkas pembukuan pinjaman tahun ini untuk mencegah bubble. Di sisi lain, pembuat kebijakan China berjanji untuk tidak terburu-buru dalam melakukan perubahan kebijakan moneter secara tiba-tiba.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE