Menu

Kasus COVID China Kembali Naik, Harga Minyak Merosot

Pandawa

Kemunculan kembali kasus COVID di Beijing akhir pekan lalu membuat otoritas terkait melakukan tes massal. Minyak semakin tidak berdaya di tengah antisipasi pasar jelang rapat FOMC.

Seputarforex - Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan awal pekan (13/Juni) karena kabar meningkatnya kembali kasus COVID di Beijing akhir pekan lalu. Harga minyak Brent melemah 1.54 persen pada kisaran $122.28 per barel. Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) diperdagangkan melemah 1.64 persen di $119.70 per barel.

Pada akhir pekan lalu, otoritas resmi China mengumumkan kenaikan cukup signifikan kasus COVID di kota Beijing. Salah seorang pejabat mengatakan tentang penyebaran COVID ganas sehingga mengumumkan rencana untuk melakukan tes massal di Beijing hingga Rabu pekan ini. Tidak tertutup kemungkinan, kota besar China lainnya seperti Shanghai menghadapi risiko serupa.

Hal ini menjadi kabar buruk bagi komoditas minyak karena berpotensi memadamkan kenaikan permintaan dari Tiongkok. Di samping itu, kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi global dan perekonomian yang berada di tepi stagflasi (ekonomi stagnan sementara inflasi melonjak) membuat minyak mentah semakin tidak berdaya.

Rilis data CPI AS pada hari Jumat pekan lalu menunjukkan lonjakan inflasi konsumen sebesar 8.6 persen, melampaui ekspektasi kenaikan di 8.3 persen saja. Hal ini menjadi sinyal penting bahwa kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan pada Kamis (16/Juni)mendatang akan semakin agresif.

"Dolar AS yang semakin kokoh dan munculnya kekhawatiran terhadap stagflasi lebih kuat tahun ini terbukti merusak momentum bullish bagi komoditas seperti minyak mentah," kata Stephen Innes, analis komoditas SPI Asset Management mengatakan dalam sebuah catatan.

Innes kemudian menambahkan bahwa secara garis besar, kabar dari China tetap menjadi sentimen yang membebani harga minyak dalam jangka pendek. Hanya saja, sebagian pelaku pasar berpendapat adanya normalisasi permintaan minyak dari China dalam minggu-minggu mendatang meskipun saat ini sedikit terganggu oleh kabar lonjakan COVID di Beijing.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE