Menu

Permintaan Bahan Bakar AS Naik, Harga Minyak Solid

Pandawa

Harga minyak bertahan di level tinggi berkat dukungan permintaan bahan bakar AS yang naik. Selain itu, meredanya kekhawatiran pasar juga menjadi katalis.

Seputarforex - Harga minyak naik selama tiga hari berturut-turut berkat pelemahan Dolar AS dan pulihnya minat risiko pasar. Selain itu, data dari pemerintah AS menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar naik ke level tertinggi sejak dimulainya pandemi COVID-19.

Pada saat berita ini diturunkan, harga minyak Brent sedikit terkoreksi di kisaran $72.05 per barel, begitu pula dengan minyak WTI yang diperdagangkan di area $68.11 per barel. Secara umum, harga minyak masih mencatatkan kenaikan lebih dari 10 persen sejak awal pekan.

Kenaikan permintaan bahan bakar AS sejauh ini terbilang cukup signifikan, nyaris tidak terpengaruh oleh mencuatnya kekhawatiran baru terhadap penyebaran virus Corona Delta. Data Energy Information Administration (EIA) minggu lalu melaporkan jika rerata produksi minyak AS melonjak hingga 21 juta barel per hari, level tertinggi sejak Maret 2020. Perlu diketahui, data produksi tersebut merupakan proxy untuk mengukur permintaan bahan bakar AS.

EIA juga mengkonfirmasi bahwa persedian minyak mentah AS pekan lalu turun 3 juta barel menjadi 432.6 juta, terendah sejak Januari 2020. Meskipun pabrik penyulingan minyak AS telah meningkatkan produksi menjadi 92.4 persen dari total kapasitas maksimal, hal ini tidak banyak meningkatkan pasokan; stok bensin AS merosot 2.2 juta barel, lebih banyak dari proyeksi analis untuk penurunan 1.6 juta barel saja.

"Persediaan bahan bakar AS menyusut di tengah kenaikan permintaan yang signifikan. Mungkin banyak konsumen menghabiskan waktu untuk perjalanan saat momen terakhir musim panas tahun ini," kata Matt Smith, direktur penelitian komoditas di ClipperData.

 

Kasus Varian Delta Di China Tak Seburuk Dugaan

Reli bullish emas hitam sejak awal pekan sebenarnya juga tidak terlepas dari meredanya sentimen risk-off. Pasalnya, China selaku konsumen energi terbesar dunia mengatakan hanya ada 20 kasus virus Corona Delta per 24 Agustus. Angka tersebut jauh lebih kecil ketimbang dugaan sebelumnya.

"Sementara volatilitas harga minyak tampaknya akan berlanjut, kami memperkirakan ada potensi kenaikan harga lebih jauh karena didukung oleh normalisasi ekonomi global dan kebijakan produksi OPEC yang disiplin dalam menjaga stabilitas harga. Kami memprediksi minyak Brent berada di kisaran $75 per barel pada akhir tahun," kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE