Menu

Pound Merana Meski Inggris Nekat Cabut Lockdown Pekan Depan

A Muttaqiena

Keputusan pemerintah Inggris gagal mengenyahkan kekhawatiran pasar, karena banyak faktor lain yang masih membebani pound sterling saat ini.

Seputarforex - PM Boris Johnson kemarin mengonfirmasi akan mencabut hampir semua pembatasan sosial terkait COVID-19 pada tanggal 19 Juli 2021, walaupun jumlah kasus COVID-19 di negerinya masih terus meningkat. Namun, keputusan tersebut gagal mengenyahkan kekhawatiran pasar. Apalagi Johnson masih berpesan bahwa "pandemi belum berakhir" dan menekankan pentingnya "pendekatan hati-hati".

Pound sterling tertekan pada kisaran 1.3845 terhadap dolar AS dalam perdagangan awal sesi Eropa hari Kamis ini (15/Juli), sedangkan EUR/GBP malah menanjak 0.2 persen ke level 0.8555. Beragam faktor memengaruhi, antara lain dominasi dolar AS dan sentimen risk-off global . Tapi prospek pound dalam jangka waktu lebih panjang sebenarnya cukup optimistis.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

UK Office for National Statistics (ONS) melaporkan data tenaga kerja yang cenderung beragam hari ini. Tingkat pengangguran Inggris meningkat dari 4.7 persen menjadi 4.8 persen pada Mei 2021, lebih buruk daripada estimasi konsensus. Tapi indeks pendapatan rata-rata plus bonus justru meningkat pesat dari 5.7 persen menjadi 7.3 persen.

Data tersebut mendukung laporan ONS sebelumnya tentang kenaikan laju inflasi Inggris. Pertumbuhan gaji yang lebih tinggi terus berlanjut, membuka peluang untuk kenaikan inflasi yang lebih solid meskipun tingkat pengangguran masih tinggi. Apalagi, data ONS menunjukkan bahwa jumlah lowongan berada di atas tingkat pra-pandemi.

Para analis berikutnya akan memantau apakah kenaikan inflasi dan pemulihan pasar tenaga kerja Inggris dapat bertahan dalam kurun waktu lebih lama. Apabila inflasi dan ketenagakerjaan cukup tangguh, bank sentral Inggris (BoE) berpeluang untuk menaikkan suku bunga lebih cepat tahun depan dan mendorong apresiasi GBP.

John Hardy, Kepala Strategi FX di Saxo Bank, mengatakan bahwa normalisasi kebijakan bank sentral sekarang menjadi tema dominan di pasar mata uang. Karenanya, ia berencana menjual euro terhadap pound.

"PM Inggris diharapkan menghapus pembatasan COVID pekan depan, yang kemudian dapat mendorong aktivitas ekonomi Inggris dan mendorong BoE untuk memajukan ekspektasi suku bunganya agar lebih selaras dengan ekspektasi pasar tentang kenaikan pada awal tahun depan," papar Hardy.

Di sisi lain, Hardy menilai ECB kemungkinan takkan mengakhiri Quantitative Easing-nya sampai akhir tahun depan. Pertimbangan tersebut mendasari rencana Saxo Bank untuk menjual EUR/GBP pada 0.8515 dengan target pada 0.8325.

Outlook bullish serupa belum tentu berlaku bagi semua cross pair GBP, karena suku bunga sejumlah mata uang lain kemungkinan naik lebih cepat dan/atau mengalami pertumbuhan ekonomi lebih pesat. Proyeksi GBP/USD juga lebih rumit, karena GBP yang tergolong higher-risk asset berhadapan dengan USD yang berstatus safe haven. Selama risiko gejolak masih tinggi, pelaku pasar cenderung melepas pound dan membeli greenback.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE