Menu

Prospek Permintaan Meredup, Harga Minyak Dalam Tekanan Jual

Pandawa

Harga minyak tertekan oleh prospek melemahnya permintaan global. Namun, ketegangan Timur Tengah berpotensi terus menyokong harga minyak untuk tidak turun terlalu jauh.

Harga minyak merosot lebih dari 1.7 persen pada sesi perdagangan kemarin (24/Juli), dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap prospek permintaan global yang kian meredup pasca memburuknya rilis data Manufaktur kawasan AS dan Euro baru-baru ini. Akan tetapi, harga minyak sudah sedikit menguat pada sesi perdagangan Asia hari ini (25/Juli), dengan mencatat kenaikan 0.15 persen.

Pada pukul 10:07 WIB, minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $63.47 per barel, atau menguat tipis dari harga Open harian. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) bergerak pada level $54.95 per barel, juga naik sedikit dari harga Open harian. Namun secara umum, baik minyak Brent maupun WTI sama-sama masih terjebak dalam trend penurunan selama 2 pekan terakhir.

 

Aktivitas Ekonomi Global Melambat

Sentimen di pasar minyak sedang suram karena investor khawatir perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan melemahkan permintaan minyak. Data terbaru menunjukkan bahwa PMI Zona Euro memburuk di awal kuartal ketiga tahun ini, menggarisbawahi penurunan aktivitas ekonomi di Benua Biru yang notabene merupakan salah satu konsumen utama minyak global.

Tidak hanya itu, perlambatan PMI juga dialami oleh Negeri Paman Sam, terimbas oleh perang dagang dengan China yang belum menemui kesepakatan hingga saat ini.

"Kekhawatiran pelaku pasar terhadap outlook pertumbuhan ekonomi global telah menekan harga minyak lebih rendah. Harga minyak bahkan masih dalam tekanan di saat muncul kabar bahwa perwakilan dagang AS akan berangkat ke China pada pekan depan," kata Alfonso Esparza, analis senior di OANDA.

Namun, Esparza juga menambahkan, "Ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah menahan harga minyak agar tidak jatuh terlalu dalam, menyusul kabar terbaru mengenai Iran yang memperingatkan kapal-kapal dari negara lain untuk menjauhi selat Hormuz."


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE