Menu

Retail Sales China Melambat Digelayuti Risiko Pandemi

Pandawa

Retail Sales China mengalami perlambatan pada bulan Agustus, begitu pula dengan output industri dan investasi aset tetap. Hal ini mencerminkan dampak lonjakan kasus COVID-19 di China.

Seputarforex - Pada hari Rabu (15/September), Biro Statistik Nasional China merilis data Penjualan Ritel yang merosot dari 8.5 persen menjadi 2.0 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan Agustus. Angka ini jauh di bawah ekspektasi kenaikan 7.0 persen dan mempertegas ancaman perlambatan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini.

Memburuknya data Retail Sales juga diikuti oleh rilis Industrial Production. Laporan output industri tersebut melambat dari 6.4 persen menjadi 5.3 persen, gagal memenuhi ekspektasi kenaikan 5.8 persen. Kemerosotan pendapatan industri catering sebesar 4.5 persen menjadi biang di balik penurunan data Industrial Producution.

Sementara itu, data investasi aset tetap (Fixed Asset Investment) bulan Agustus juga mengalami perlambatan. Tidak tanggung-tanggung, data yang dapat mengukur belanja modal ini hanya naik 8.9 persen secara Year-to-Date dari tahun sebelumnya. Perolehan itu lebih buruk dari proyeksi kenaikan 9.0 persen dan merosot cukup jauh dari pencapaian 10.3 persen pada bulan Juli.

 

Dibayangi Pandemi, Ekonomi China Hadapi Potensi Perlambatan

Rangkaian laporan ekonomi yang cukup mengecewakan pagi ini menambah rentetan buruk rilis data fundamental China dalam beberapa waktu terakhir. Tidak tertutup kemungkinan, data GDP China kuartal ketiga akan lebih rendah dari rilis kuartal kedua yang sebesar 7.9 persen.

Outlook suram ini tak terlepas dari lonjakan kasus virus Corona Delta di provinsi Fujian China. Menurut laporan dari otoritas setempat, terdapat lonjakan 51 kasus baru pada hari Selasa kemarin, sehingga total kasus dalam seminggu terakhir meningkat menjadi 186 penderita.

Kondisi yang terjadi di Fujian dapat semakin memburuk dan menyebar ke provinsi lainnya. Hal inilah yang mendasari kekhawatiran pelaku pasar dan memicu aksi risk-off menuju aset safe haven baru-baru ini.

"Kita harus menyadari bahwa kondisi internasional yang rumit, kondisi domestik yang tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19, serta bencana alam banjir berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi jangka pendek," kata Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik Nasional. Ia menambahkan bahwa perekonomian China sejatinya masih mempertahankan trend pemulihan, tapi fondasinya cukup rapuh untuk saat ini.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE