Menu

Rusia Gagalkan Upaya Pemberontakan, Harga Minyak Gamang

Pandawa

Harga minyak diliputi ketidakpastian akibat ketegangan politik di Rusia. Namun, analis meyakini jika pengaruhnya tidak akan meluas.

Seputarforex - Harga minyak hari ini bergerak dalam rentang terbatas pada perdagangan awal pekan (26/Juni) menyusul munculnya ketegangan politik di Rusia. Minyak Brent terpantau bergerak pada kisaran $74.55 per barel, sementara minyak WTI berada di $69.41 per barel. Kedua harga minyak tersebut sama-sama tertahan di dekat level pembukaan harian dan membentuk fase konsolidasi jangka pendek.

Pada akhir pekan, pasar cukup dihebohkan dengan bentrokan antara Kremlin dengan tentara bayaran Rusia, Wagner. Untungnya, Rusia berhasil menggagalkan upaya pemberontakan tersebut dan kelompok Wagner pun memutuskan menarik diri dari kota Rostov.

Meski telah mereda, konflik tersebut menimbulkan berbagai spekulasi atas melemahnya pengaruh Presiden Vladimir Putin. Hal ini memicu ketidakpastian terkait prospek pasokan minyak dari Rusia yang merupakan salah satu produsen terbesar dunia.

Menurut analis RBC Capital Markets, Helima Croft, saat ini muncul kekhawatiran bahwa Putin akan mengumumkan darurat militer. Apabila skenario ini terjadi, maka pelabuhan utama dan fasilitas energi yang berpotensi akan lumpuh dan dapat memblokade jutaan barel minyak.

"Pemahaman kami adalah Gedung Putih secara aktif dapat terlibat untuk menjangkau produsen utama dari dalam ataupun luar negeri demi menjaga pasokan minyak tetap stabil apabila krisis berdampak pada produksi Rusia," kata Croft dalam sebuah catatan.

Pendapat senada dikemukakan oleh analis Goldman Sachs yang mengatakan bahwa pasar mungkin telah mengantisipasi dampak gejolak Rusia terhadap gangguan pasokan minyak. Meski demikian, analis tersebut menambahkan jika imbas konflik politik Rusia kemungkinan bersifat terbatas karena aspek fundamental makro minyak tidak banyak berubah.

Terlepas dari pengaruh ketegangan yang terjadi di Rusia, harga minyak masih menghadapi prospek kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut. Di samping itu, pemulihan ekonomi China yang semakin kehilangan momentum pada kuartal kedua juga mengecewakan investor. "Pertumbuhan ekonomi China yang kian meredup menjadi mimpi buruk bagi pasar komoditas, terutama bagi harga minyak mentah dan logam industri," kata Tina Teng, analis CMC Markets.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE