Sentimen Bisnis Australia Memburuk, AUD/USD Segan Breakout |
Hasil survei sentimen bisnis Australia memburuk akibat lockdown COVID-19, khususnya di negara bagian New South Wales yang beribukota di Sydney.
Seputarforex - Dolar Australia sempat menguat terhadap greenback pada perdagangan sesi Asia hari ini (13/Juli). Namun, AUD/USD kemudian bergerak mundur lagi dan tertahan di bawah ambang 0.7500. Pelaku pasar girang menyambut rilis data-data ekonomi China yang lebih baik daripada ekspektasi konsensus, sehingga sedikit memperbaiki sentimen pasar global. Sayangnya, hasil survei sentimen bisnis Australia justru memburuk akibat pembatasan sosial yang lebih ketat.
Neraca perdagangan China bulan Juni 2021 membukukan kenaikan impor sebesar 36.7 persen (Year-on-Year), lebih tinggi daripada ekspektasi konsensus yang hanya 29.5 persen. Ini merupakan kabar baik bagi Australia, karena China merupakan destinasi ekspor utama untuk komoditi top asal negeri Kanguru seperti bijih besi, batu bara, LNG, dan emas.
Kondisi ekonomi China yang lebih baik dapat menjadi support bagi kurs dolar Australia. Meski demikian, iklim ekonomi dalam negeri justru kurang menggembirakan. Hal ini membuat pelaku pasar makin mengabaikan optimisme bank sentral Australia (RBA) dan kembali menyangsikan outlook ekonomi Aussie.
Skor hasil survei keyakinan bisnis Australia oleh NAB tumbang dari +20 menjadi +11 untuk periode Juni 2021. Hasil evaluasi kondisi bisnis juga jatuh dari +36 menjadi +24.
"Survei Juni diadakan di tengah periode kenaikan kasus di New South Wales, dan bagian awal dari lockdown di sana dan di negara-negara bagian lain. Tak mengejutkan, keyakinan bisnis terpukul. Ini terutama tampak di NSW dan Queensland, tetapi keyakinan (juga) melemah secara umum di tempat-tempat lain," kata Alan Oster, Kepala Ekonom Grup di NAB.
Perdana Menteri NSW, Gladys Berejiklian, kemarin mengatakan bahwa lockdown di Sydney -yang sedianya berakhir pada 16 Juli- hampir pasti akan diperpanjang. Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengumumkan sejumlah aturan tambahan untuk memperketat lockdown yang telah berlangsung. Pasalnya, jumlah kasus COVID-19 masih terus meningkat selama beberapa hari belakangan ini, meskipun pembatasan sosial sudah diberlakukan sejak akhir Juni.