Menu

Timur Tengah Semakin Panas, Harga Minyak Kembali Melesat

Pandawa

Tidak hanya mengancam Iran, Presiden Trump juga menyatakan bakal menjatuhkan sanksi keras terhadap Irak apabila mengusir pasukan AS dari kawasan tersebut.

Harga minyak mentah dunia kembali melesat pada perdagangan awal pekan hari Senin (06/Januari), karena didorong oleh semakin panasnya tensi geopolitik Timur Tengah pasca kematian Komandan pasukan elite Iran. Tidak tanggung-tanggung, harga minyak Brent melonjak lebih dari 2 persen dari level penutupan sesi sebelumnya, sekaligus berada di atas $70 per barel yang merupakan level tertinggi sejak pertengahan Mei 2019. Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) diperdagangkan pada kisaran $64.07 per barel, naik 1.62 persen dari harga Open harian.

 

Antisipasi Pembalasan Iran, Trump Tebar Ancaman

Kematian salah satu Jenderal Iran yang paling berpengaruh di Timur Tengah membuat seluruh dunia terhenyak sekaligus memicu naiknya tensi konflik AS-Iran. Pasalnya, insiden yang disebabkan oleh serangan drone AS itu disebut-sebut bisa memicu perang dunia ketiga. Bahkan, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengecam dan mengatakan bahwa akan ada pembalasan yang setimpal atas kematian Soleimani.

Iran diperkirakan bakal menyerang pangkalan milter AS yang ada di Timur Tengah serta melakukan blokade di kawasan selat Hormuz. Hal ini berpotensi menghambat 30 persen pasokan minyak mentah dunia. Presiden Trump pun semakin gusar atas ancaman Iran dan langsung mengunggah cuitan di Twitter untuk mengancam balik Iran.

Dalam cuitannya tersebut, ia mengatakan bahwa ada 52 lokasi penting di Iran yang akan rata dengan tanah apabila negeri itu berani menyerang pangkalan ataupun menyakiti warga AS di kawasan.

Di tempat lain, pemerintah Irak menginginkan semua pasukan asing yang ada di negaranya segera angkat kaki, karena serangan udara yang dilakukan AS juga menewaskan petinggi militernya. Tidak menunggu waktu lama, Trump pada hari Minggu (05/Januari) langsung menebar ancaman bahwa AS juga akan menjatuhkan sanksi berat terhadap Irak yang merupakan produsen minyak terbesar kedua di antara anggota OPEC. Kondisi genting ini tak pelak menjadi katalis utama yang mendorong harga minyak semakin tinggi di awal tahun 2020.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE