Menu

WHO Tetapkan Omicron Berisiko Tinggi, Harga Minyak Tertekan

Pandawa

WHO mengatakan varian Omicron telah bergeser menuju tahapan berbahaya secara global setelah menyebar di 60 negara. Hal ini berpotensi meredupkan prospek permintaan sehingga menekan harga minyak di awal pekan.

Seputarforex - Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada perdagangan awal pekan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa COVID Omicron berpotensi menimbulkan risiko tinggi secara global. Harga minyak Brent Oil saat ini berada pada kisaran $74.47 per barel, sementara minyak WTI diperdagangkan di $71.11 per barel.

Dalam pernyataan terbaru kemarin, WHO mengatakan bahwa varian Omicron telah menyebar ke 60 negara, sehingga sudah masuk ke tahap berisiko secara global. Apalagi, beberapa bukti menunjukkan varian ini kebal terhadap vaksin. Dugaan sebelumnya yang menegaskan bahwa Omicron tidak berbahaya tampaknya mulai tersisih setelah adanya korban meninggal dunia di Inggris.

Sementara itu, China dilaporkan sedang menghadapi gelombang COVID baru di Zhejiang. Ratusan ribu orang diketahui sedang menjalani karantina, padahal Zhejiang merupakan salah satu pusat manufaktur besar di China. Hal ini berpotensi membayangi pemulihan ekonomi dan prospek permintaan minyak ke depan.

"China merupakan importir minyak mentah terbesar sehingga harga minyak berpotensi dalam tekanan jual apabila gelombang COVID menyebar tidak terkendali di negara dengan populasi terpadat di dunia itu," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka Mizuho di New York.

 

Nantikan Kebijakan OPEC, Minyak Hadapi Outlook Penurunan Di 2022

Pelaku pasar juga menyoroti sepak terjang OPEC yang dijadwalkan kembali mengadakan pertemuan pada 4 Januari untuk memutuskan kebijakan produksi mereka. Menteri Perminyakan Irak pada hari Minggu kemarin menegaskan bahwa ia berharap OPEC tetap mempertahankan kebijakannya selama ini, yakni dengan meningkatkan output secara bertahap sebesar 400 ribu bph setiap bulan.

Tidak tetutup kemungkinan harga minyak akan kembali tertekan pada awal tahun 2022 mendatang. Pasalnya, selain karena dibayangi oleh penyebaran cepat varian Omicron, pasokan minyak mentah berpotensi membanjiri pasar setelah AS melaporkan bahwa produksi minyak dari cekungan Permian bisa mencapai rekor tertinggi pada bulan Januari mendatang.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE