Para investor yang saat ini sedang gelisah menunggu tanda-tanda Federal Reserve siap memangkas stimulus bulanannya, kemungkinan akan merasa kecewa sekaligus lelah karena wacana tersebut telah lama beredar dan menjadi bahan pembicaraan selama berbulan-bulan. Sementara di pihak lain, The Fed hingga saat ini belum bisa memastikan kapan tepatnya mereka mengurangi laju stimulus.
Pemangkasan stimulus bulanan, atau yang lebih populer dengan istilah tapering, telah menjadi kekhawatian utama pasar sepanjang tahun 2013. Namun yang menjadi kekhawatiran utama sebenarnya bukanlah tapering itu sendiri, akan tetapi bagaimana mempertahankan pertumbuhan moderat pada aspek pendapatan dan produk domestik bruto (PDB).
Kegelisahan ini dimulai pada bulan Mei tahun 2013, ketika Gubernur Fed Ben Bernanke pertama kali mengusulkan tapering pada sidang dengar pendapat yang diadakan oleh kongres. Spekulasi berakhir ketika usulan Bernanke mendapat persetujuan. Dan semenjak itu stimulus bulanan The Fed telah menjadi penggerak utama pasar-pasar di seluruh dunia.
Fed telah mencetak uang sebesar $85 miliar per bulan untuk membeli obligasi dan hipotik, yang kemudian memperluas neraca mereka sebanyak $4 triliun. Inilah yang dikenal oleh pasar global sebagai pelonggaran kuantitatif, atau quantitative easing (QE). Selain itu, langkah lain yang diambil The Fed adalah menargetkan suku bunga di kisaran nol. Sikap ini diambil oleh bank sentral Amerika Serikat tersebut sejak krisis melanda di tahun 2008.
Pasar memiliki alasan untuk percaya bahwa penurunan laju pembelian obligasi bulanan, bukan penghentian, tidak lagi akan memiliki dampak monumental seperti yang selama ini dibayangkan.
Analis kredit Citigroup mengatakan, tapering mungkin menjadi sumber kegelisahan pasar akhir-akhir ini, akan tetapi tidak ada banyak alasan kenapa hal tersebut tidak akan menjadi monster ekonomi seperti yang selama ini diperkirakan pasar. Bahkan kenyataannya, semua pelaku pasar telah melihat tanda-tanda pada perdagangan baru-baru ini bahwa kemungkinan besar kredit AS kebal terhadap berita mengenai tapering.
Istilah "kebal" mungkin terlalu bombastis, mengingat pasar hampir selalu bereaksi terhadap pernyataan apapun yang dilontarkan oleh The Fed, baik berupa reaksi ringan atau substansial.
Akan tetapi pergerakan suku bunga akhir-akhir ini mengisyaratkan imbal-hasil (yield) dapat saja bergerak ke level tertinggi, kurva imbal-hasil, atau perbedaan antara tingkat jatuh tempo yang berbeda, menunjukkan pasar telah memberikan reaksinya terhadap tapering.
Hampir sesaat setelah pidato tapering perdana Bernanke, kurva tingkat-investasi dan acuan obligasi 10-tahun melonjak 0.8% sementara imbal-hasil tinggi naik 2.8%.
Namun tim analis kredit Citigroup menekankan spread akan tetap stabil sepanjang periode ketakutan-terhadap-tapering akhir-akhir ini, seiring meningkatnya data ekonomi pada awal bulan Desember.
Analis Citigroup mengungkap, salah satu dasar (prinsip) mereka adalah pasar memiliki sifat yang efisien, meski tidak selalu sempurna tetapi setidaknya pasar selalu logis. Oleh karena, penting untuk selalu ingat topik tapering stimulus bulanan telah menjadi pembicaraan hangat selama lebih dari enam bulan.
Selain itu, ada dua fakta signifikan yang harus diingat mengenai tapering:
1. Fed memiliki cukup persedian untuk beroperasi sejak pemerintah melipatgandakan utang nasional untuk periode lima tahun terakhir, menjadi 15 triliun. Jika ada yang berubah hal itu adalah besarnya emisi pinjaman yang anjlok di kisaran $2 triliun. Ini adalah level rendah sejak Lehman Brothers ambruk di bulan September tahun 2008.
2. Jatuh tempo utang pemerintah diperkirakan berada pada tingkat tertinggi di kisaran $1.4 triliun.
Untuk mengetahui substansi sebenarnya dari pemangkasan QE, investor disarankan untuk melihat jauh ke depan, melampaui berita headline dan reaksi spontan pasar.
Di AS, QE jelas merupakan sumber terbesar dari permintaan langsung terkait dengan tingkat suku bunga, serta menjadi sumber tidak langsung terbesar di negara-negara lain. Setiap hal menjadi setara ketika tapering terjadi, permintaan di pasar suku bunga akan merosot tajam, dan dapat dipastikan efek spill-over (rambatan) akan dirasakan oleh aset berisiko.
Jadi, masihkah kita menunggu tapering?
