EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.17/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,150.54   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 2 jam lalu, #Saham AS

AUD/USD Menguat Seiring Memudarnya Prospek Rate Cut

Penulis

Data inflasi Australia tadi pagi mendorong prospek pemangkasan suku bunga mundur dari September sampai November. Hal ini positif bagi AUD/USD.

Seputarforex - Rilis data inflasi Australia tadi pagi (24/April) menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Konsekuensinya, pasar meragukan prospek penurunan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA). AUD/USD lantas terkerek sampai level tertinggi 0.6530 pada sesi Asia, meskipun kemudian termoderasi ke kisaran 0.6500 saat memasuki sesi Eropa. Aussie juga terapresiasi terhadap berbagai mata uang mayor lainnya.

AUDUSD Daily

Australian Bureau of Statistics (ABS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) meningkat 1.0% (q/q) pada kuartal pertama tahun ini. Angka tersebut naik pesat dibandingkan pertumbuhan 0.6% pada kuartal sebelumnya, sekaligus lebih tinggi daripada estimasi konsensus yang sebesar 0.8%.

Konsensus sebelumnya mengharapkan inflasi tahunan Australia melambat dari 4.1% menjadi 3.4% pada kuartal I/2024. Namun, kenaikan harga-harga dalam data kuartalan malah menyangga tingkat inflasi tahunan pada 3.6% — cukup jauh di atas target inflasi RBA yang dipatok pada rentang 2-3%.

Data pasar sebelumnya menunjukkan penurunan suku bunga RBA paling cepat mulai September. Namun, para pakar memprediksi data inflasi kali ini akan mendorong RBA untuk menunda penurunan suku bunganya sampai November atau bahkan tahun depan. Hal ini dapat mengatrol kurs dolar Australia asalkan tidak ada kejutan dalam sentimen risiko global.

"(Data inflasi Australia) melampaui batas ini kemungkinan menghilangkan peluang pemangkasan suku bunga RBA tahun ini," kata James Kniveton dari Convera, sebagaimana dikutip dari Reuters, "Dolar Australia telah menguat berkat evaluasi ulang atas jalur kebijakan moneter RBA, tetapi masih ada risiko-risiko geopolitik."

"Mengingat kemajuan yang lebih lambat dalam disinflasi pada kuartal ini dan titik awal yang lebih rendah untuk kendurnya pasar tenaga kerja, kami sekarang memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan terjadi setelah pertemuan (RBA) bulan November, bukannya bulan September seperti perkiraan sebelumnya. Seperti biasa, pandangan ini tergantung pada data dan ada risiko penurunan suku bunga lebih cepat maupun lebih lambat dari November," kata Luci Ellis, Kepala Ekonom Westpac.

Para trader AUD/USD berikutnya akan menyoroti rilis Indeks Harga PCE Inti — salah satu acuan inflasi dalam pengambilan kebijakan Federal Reserve AS — pada hari Jumat. Mayoritas trader sekarang meyakini The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September, tetapi data tersebut dapat menggoyahkan spekulasi pasar. Secara teoretis, mata uang yang memiliki prospek pemangkasan suku bunga lebih cepat akan berisiko melemah.

300421
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.